28.6.23

Hiruk-pikuk Kota Tua Hanoi dan Selintas Alam di Ninh Binh


Vietnam merupakan salah satu negara wisata yang banyak dikunjungi. Selain karena kondisi harga barang dan jasa yang sangat murah, Vietnam juga memiliki variasi destinasi yang menyenangkan. Para pelancong bisa memilih perkotaan, pegunungan, pantai, sungai, dan bangunan khas serta aneka kuliner yang melimpah. Kali ini saya dan istri backpackeran menuju ke Hanoi dan Ninhbinh. Perjalanan kami mulai dari Yogyakarta International Airport menuju KLIA2 pada tanggal 28 Juni 2023. Pesawat delay 2 jam sehingga sampai di Kuala Lumpur cukup malam, jam 23.00 waktu setempat. Setelah mengurus imigrasi, mencari makan dan minum, sekira jam 1 malam kami mencoba tidur di lantai 3A bandara KLIA2 tempat yang biasa digunakan para backpacker istirahat. Kami tidak bisa tidur sepenuhnya karena waktu tunggu tidak terlalu lama, namun cukup bisa melepas lelah dengan berbaring di lantai berkarpet. Paginya, sekira jam 3.30 kami menuju gate penerbangan dengan kembali melewati imgrasi. Jadwal pesawat kami jam 06.10 pagi dan sampai di Hanoi pukul 08.30. 

Kami lebih banyak tidur di pesawat, dan sesampai di Noi Bai Airport, selepas mengurus imigrasi, kami tukar uang dan memesan taksi. Tujuan kami adalah kantor The Sinh Tourist di Old Quarter (kota lama) untuk melunasi paket ke Ninhbinh yang uang mukanya sudah kami bayar secara online sebelumnya. Tidak lama kemudian kami kulineran, berjalan kaki, sebelum ke Golden Time Hostel 3 tempat kami menginap. Pertama yang kami coba adalah makanan kaki lima Banh Cuon, makanan yang terbuat dari tepung beras yang dimakan dengan kuah dan sayuran. Setelah itu kembali berjalan kaki, mampir di warung Banh Mi (roti isi) di Bami Bread Hoi An, lalu lanjut menjajal Springrolls (lumpia goreng) di Mau Restaurant. Semua makanan enak dan memiliki rasa unik. Sekira jam 12 siang kami melangkah ke hostel yang tak terlalu jauh, check in dan langsung tidur karena kurang tidur dan lelah apalagi kamar kami ada di lantai 3 dan harus naik tangga. Setelah istirahat cukup kami rencana jalan-jalan di sekitaran Old Quarter.

Jam 3 sore kami bangun lalu berjalan kaki dan  menuju Cafe Giang. Cafe yang sudah dibuka sejak tahun 1946 memiliki menu istimewa yaitu egg coffee atau kopi telur. Kami memesan 2 gelas dengan dan tanpa es dan keduanya memang enak sekali. Bau amis telur tidak terasa dan kopi justru menjadi gurih, manis, dan pahit menjadi satu. Berikutnya kami berjalan menuju Long Vi Dung, warung makan pinggir jalan yang cukup terkenal. Di sini kami memesan salad burung dara, salad daging sapi, dan dumpling. Rasa salad yang bahan dasarnya adalah pepaya muda sangat khas, daging burung dara gurih, daging sapi sedikit alot tapi meaty dan kuah untuk dumplingnya sungguh enak, antara kecut, gurih, dan pedas. Selesai di warung ini kami berjalan ke danau Hoan Kiem dan mengunjungi Kuil Ngoc Son yang ada di tengahnya. Cukup ramai orang di hari itu dan sebagian besar turis lokal yang ingin berfoto di danau dan kuil. Karena merasa kurang, kami naik becak berkeliling danau sehingga dapat melihat secara keseluruhan termasuk aktivitas masyarakat di sekeliling danau. Setelah cukup puas, jalanan di sebelah utara danau kembali kami susuri dan tanpa sengaja sampai di Beer Street atau Jalan Ta Hien. Di sepanjang jalan berjejer meja dan kursi di depan bar-bar yang menawarkan beer. Kami menyusuri jalan tersebut sampai ujung serta kembali berputar dan semakin malam ternyata pengunjung semakin ramai. Rupanya, lokasi ini tidak terlalu jauh dari hostel kami. Karena keesokan harinya masih ada tour ke Ninhbinh, maka kami putuskan untuk kembali dan rehat segera.

Pagi hari sebelum memulai tour kami mencari sarapan di seputaran hostel dan menemukan penjual nasi ketan dan jagung. Ya kami sarapan makanan tersebut yang ternyata enak, gurih, dan sangat murah harganya. Tak lama menunggu, pihak tour yang ternyata dari Dragon King Travel (kerjasama dengan tempat kami booking paket wisata) menjemput pada pukul 7.40. Perjalanan ke Ninhbinh berjarak sekira 150 KM dengan waktu tempuh sekira 2 jam. Tujuan pertama adalah Mua Cave, gua berpatung macan yang ukurannya cukup kecil. Namun, yang menjadi objek jualan justru bukan gua melainkan taman lotus dan puncak bukit di mana gua berada. Jalan menuju puncak harus ditempuh melalui sekira 500 anak tangga. Cukup melelahkan dan kami memutuskan berhenti di persinggahan puncak yang pertama di mana pemandangannya luar biasa. Sawah, sungai, bukit-bukit, dan taman lotus nampak dari ketinggian termasuk jalan menuju puncak yang lain di bukit tersebut. Udara yang begitu panas menghasilkan keringat membanjir dan begitu turun kami langung memesan 3 kelapa muda utuh. Meski cukup melelahkan dan terik membakar kulit, Mua Cave cukup memuaskan dan membuat lapar. Persis pukul 12 siang tour kami berlanjut menuju rumah makan untuk kembali mengisi tenaga.

Letak rumah makan tidak jauh dari tujuan kedua atau sekitar 1,5 KM dari Hua Lu, ibukota Vietnam Kuno yang berdiri pada abad ke 10. Makanan disajikan dalam bentuk buffet dengan menu spesial daging kambing. Selepas makan, dengan bersepeda semua peserta tour menuju ke Kuil Raja Dinh dan Raja Le. Dua orang raja penguasa Hua Lu pada masa itu. Jalan menuju kuil melewati kampung, sawah, pinggir sungai, dan sisi perbukitan karst. Sayang jaraknya hanya sekira 2 KM sehingga waktu bersepeda terasa singkat. Sesampai di lokasi, tour guide menjelaskan sejarah 2 kerajaan sebelum akhirnya mengunjungi 2 kuil raja yang letaknya bersebelahan. Struktur bangunan kuno dan tata letak mulai pintu depan, ruang-ruang, tanah lapang, sampai bagian belakang sungguh menarik. Namun sayang masing-masing kuil tidak cukup luas sehingga bangunan yang tersedia dan taman di sekitarnya tidak terlalu banyak. Selesai mengunjungi kuil, kami semua kembali bersepeda menuju rumah makan dan bergegas menuju ke Tam Coc, tujuan berikutnya.

Tam Coc merupakan sungai yang melewati pegunungan karst, sawah serta 3 buah gua. Dengan berperahu yang didayung menggunakan kaki, pengunjung dibawa menyusuri sungai. Pemandangan yang luar biasa terhampar di depan dan samping kanan-kiri. Rumah-rumah penduduk, deretan pegunungan, bangunan kuil atau makam, dan sawah yang tergenang air. Lama berperahu pergi-pulang sekitar 1 jam dan yang paling menarik adalah ketika perahu melewati gua. Jajaran stalaktit yang artistik ditambah pencahayaan lampu sungguh menarik. Di sepertigaan jalan, banyak perahu yang menawarkan jasa foto dan menjelang perjalanan balik banyak pedagang berperahu yang mencoba menawarkan minuman, makanan ringan, dan bunga lotus. Tam Coc menjadi kunjungan terakhir di Ninhbinh yang benar-benar membuat rileks (meski tetap panas) setelah hiking dan bersepeda. Tepat jam 5 sore rombongan tour harus kembali menuju Hanoi agar tidak terjebak kemacetan di jam sibuk ketika hendak memasuki kota.

Sesampai di Hanoi, saya dan istri menuju rumah makan Bun Cha Obama atau Huong Lien, sesuai saran tour guide. Rumah makan sup mie daging asap ini terkenal sejak dikunjungi Presiden Obama. Begitu diturunkan dari bus tour di jalan Ma May, kami naik becak dan begitu sampai pengunjung sudah ramai. Benar saja, orang-orang datang dan pergi. Sup yang disajikan memang segar dan enak serta pengalaman pernah makan ditempat Obama makan menjadi daya tarik yang luar biasa. Bahkan meja dan kursi yang digunakan oleh Obama pun sudah disegel, dipagari kaca sebagai kenang-kenangan. Malam itu, begitu makan selesai, kami habiskan waktu dengan berjalan kaki melewati Hoan Kiem Lake yang kebetulan pada setiap weekend menjadi walking street. Di sisi utara, barat, dan selatan danau mulai sore sampai malam kendaraan tidak diperbolehkan lewat sehingga memanjakan para pejalan kaki. Banyak sekali orang malam itu dan kami merasa gembira sekaligus tidak menduga suasana akan seramai itu. Banyak aktivitas di jalanan seperti live music, atraksi melukis wajah, mainan anak-anak, dansa bersama, dan tentu saja lapak-lapak jualan yang melimpah ruah. Tetapi karena kaki sudah lumayan capek, tidak begitu lama, kami menuju hostel dan langsung istirahat.

Pagi harinya merupakan hari terakhir di Hanoi sebelum penerbangan ke KL pada pukul 15.30 sore. Setelah bangun agak siangan, menyelesaikan urusan hostel, yang ternyata belum kami bayar secara online, memesan taksi ke bandara untuk siang hari, dan menukar uang yang menipis, kami menuju ke gerbang Old Quarter yang disebut Cong O Quan Truong. Gerbang kota ini sungguh ikonik dan banyak orang menjadikannya sebagai latar belakang foto. Di samping gerbang terdapat penjual Banh Cuon yang menarik sehingga kami sarapan di situ. Setelahnya, kami mencoba menyusuri jalan pinggiran pasar Dong Xuan. Kami tidak masuk ke pasar, hanya sekedar melihat jalanan ramai penjual di pinggir dekat pasar. Dari sini kami menuju Banh Mi 25 yang cukup terkenal di Hanoi. Rasa banh mi memang enak, meski menurut kami kurang kaya. Di sini pula kami mencoba minum kopi kelapa untuk pertama kalinya dan rasanya melegakan. Demi mengejar waktu, berikutnya kami pesan grab dan menuju Katedral St. Joseph. Arsitektur gereja lawas yang sangat menarik dan sampai sekarang masih tegak berdiri. 

Tanpa terencana, mata kami tertarik dengan bangunan lawas lain di depan katedral dan itu adalah cafe Hanoi House. Untuk masuk harus melewati gang kecil dan naik ke tangga menuju rumah penduduk. Namun begitu pintu terbuka, kesan wah langsung terasa. Desain ruangan dalam cafe sungguh klasik, menarik, dan nyaman untuk disinggahi. Di sini kami kembali memesan kopi kelapa yang rasanya sangat nikmat di mana sangrai kelapa masih terasa setelah meminumnya. Kami benar-benar menikmati sisa waktu di cafe ini karena memang membuat betah dan racikan kopi (saya juga pesan kopi susu) yang disajikan memang nikmat. Tanpa terasa waktu berjalan, kami langsung order grab untuk mengantar ke hostel di mana taksi bandara akan menjemput. Di luar cafe, halaman katedral, saat menunggu grab kami bertemu satu keluarga dari Yogya yang juga sedang berlibur di Hanoi. Tak lama ngobrol dengan mereka, mobil kami tiba. Sesampai di hostel, masih ada sedikit waktu dan istri saya pergi membeli banh mi sebagai bekal perjalanan. Tepat jam 12.30 taksi menjemput dan kami segera menuju airport, terbang ke KL, lanjut ke Yogya sembari berpikir untuk kembali ke Hanoi jika ada kesempatan lagi. (++)

Catatan: cuaca Hanoi sangat panas di bulan Juni waktu kami datang, dan angin jarang berhembus. Jadi perlu banyak persediaan kaos. Banyak tempat yang dapat dikunjungi dengan berjalan kaki di Old Quarter. Lainnya, perlu selimut atau alas tidur kalau mau menginap di lantai 3A bandara KLIA2.

No comments:

Post a Comment

Hoi An: Kota Tua Penuh Lentera

Perjalanan saya dan istri ke Hoi An dimulai dari stasiun kereta api Hue pada 20 Juni 2024 menuju stasiun Da Nang dan dari Da Nang lanjut nai...