Perjalanan ke Phuket kami mulai dari Stasiun Tugu Jogja pada 23 Januari 2025 pukul 05.30 menuju ke Bandara YIA. Waktu pagi dipilih agar bisa sarapan dengan santai di bandara karena pesawat Scoot baru akan terbang pada pukul 09.45. Selepas check in dan sarapan, kami masuk ruang tunggu. Pesawat terbang tepat waktu dan sesuai rutenya, kami mesti lay over di Singapura sekira 5 jam. Tidak banyak yang kami lakukan di Changi Airport Terminal 1 selain urus imigarsi untuk keluar bandara sebentar, makan siang di food court area Jewel dan jalan-jalan menghabiskan waktu di dalam area bandara. Tepat pukul 18.30 waktu setempat, pesawat terbang dan turun di Phuket International Airport pada pukul 19.30. Seperti umumnya bandara di negara Asean yang belum secanggih Singapura, antrean imigrasi padat mengular. Januari memang terhitung masih peak season meski tidak sepuncak bulan Desember. Butuh waktu kurang lebih 1 jam untuk urusan imigrasi ini. Begitu selesai, segeralah ritual tukar uang dilakukan dan langsung turun ke terminal kedatangan, jalan kaki menuju terminal domestik di mana bus umum ke kota berada. Sedkit berlari karena harus mengejar jadwal bus, sebab kalau terlambat bus baru akan ada 1 jam berikutnya. Benar saja, kami adalah penumpang terakhir yang naik dan bus langsung tancap gas. Perjalanan sekira 50 menit dan sampailah di area Old Town. Kami turun, jalan kaki menuju Fulfill Hostel tempat menginap sembari membeli kebab dan minuman kaleng di pinggir jalan sekedar pengganjal perut. Old Town di malam hari di atas jam 21.00 sudah banyak kedai tutup meski sebagian masih buka sampai jam 23.00. Suasana kota tua ini terasa sejuk waktu malam, jalanan tampak bersih, dan bangunan-bangunan kuno masih berdiri berjajar. Tak lama sampailah kami di hostel, urus administrasi, dan langsung menuju kamar. Selepas meletakkan tas, langsung saja kembali keluar untuk mencari makan. Saya hanya ingin makanan berkuah malam itu untuk menghangatkan badan, karena kondisi kurang fit dan kepala agak pusing. Namun yang buka sampai malam umumnya cafe dan resto western. Satu resto makanan khas Thailand masih buka, kami datangi dan pelayannya langsung memasang tanda "close". Untunglah tidak jauh dari situ ada warung makan Wanlamun & Egg e Egg yang masih buka dan ramai pembeli. Di sini saya memesan bihun kuah dan teh hangat sementara istri saya pesan nasi ketan dan mangga serta minum kelapa muda. Rasanya lumayan enak meski kurang nendang dan cukup untuk mengisi perut dan membuat badan hangat serta berkeringat. Selapas makan, membeli air mineral dan snack di mini mart lalu kembali ke hostel dan segera rehat karena kaki dan badan sudah lelah. Kami tidur, mengisi ulang energi untuk jalan-jalan esok pagi.
Ternyata, kondisi badan saya tetap belum pulih, terutama kepala masih terasa pusing dan istri saya juga capek sehingga rencana bangun pagi tidak terwujud. Kami benar-benar bangun sekitar pukul 10.45 dan masih malas-malasan. Sedikit sarapan snacks dan air mineral yang kami beli dari mini mart semalam. Keluar dari kamar baru pada pukul 12.30 dan langsung jalan kaki mencari warung makan. Mata kami tertarik pada Baansamlorphuket. Sebuah resto kecil yang menawarkan masakan khas Thailand. Saya memesan nasi dengan semacam garang asem tulang, dan istri saya nasi telor dan daging goreng. Penyajiannya khas, sendok-garpu berwarna keemasan dan sayur dihidangkan di dalam rantang makanan. Ternyata rasanya juga khas dan nendang banget, cocok dengan harapan agar keluar keringat setelah makan dan bisa meringankan sakit kepala. Tapi ternyata, efeknya hanya sebentar dan saya masih merasa agak pusing. Selepas makan, kami lanjutkan jalan-jalan dan memang rencana hari ini adalah mengitari Old Town dengan jalan kaki. Karena tertarik dengan desain bagunan The One Old Town, kami masuk ke dalamnya. Ternyata isinya adalah pernak-pernik souvenir. Di sini hanya sebentar lalu lanjut jalan ke lane berikutnya. Toko, cafe, resto kami lewati sebelum akhirnya menuju ke Shell and Chill. Sebuah kedai sorbet khas yang penyajiannya langsung dari buah yang dipilih. Istri saya memilih markisa dan langsung saja 2 buah dipotong, dikeluarkan isinya, setelah proses tertentu, sorbet dihidangkan dalam mangkuk dari buah tadi. Rasa markisa yang kecut bercampur manis, sedikit asin dan dingin, enak sekaligus unik. Dari sini kaki kembali berjalan, namun rupanya badan saya tetap perlu perbaikan dan Leela Massage menjadi pilihan. Saya ambil paket pundak, leher, dan kepala untuk menghilangkan pusing sementara istri saya ambil paket gosok kaki. Selama 1 jam proses pijat berlangsung dan selepasnya badan merasa agak mendingan meski kepala masih agak sedikit pusing namun cukup banyak berkurang.
Selepas itu, kami menyusuri setiap jalan dan lorong yang ada di Old Town, mulai dari Jalan Ratsada, Yaorawad, Phangnga, Thalang, Montri, Phuket, Takuapa, Lorong Rommani, dan Lorong Paradit. Terdapat beberapa museum di antaranya adalah; Museum Phuket, Museum Peranakan, Museum Filateli, dan Museum Thai Hua. Semuanya hanya kami lewati dan lihat dari luar saja. Selama jalan kaki kami terkadang berhenti di spot yang menarik di mana banyak orang mengambil gambar seperti di pojok Aungku Craft & Cafe di mana dinding bangunan dipenuhi bunga hiasan, dan hampir di semua perempatan jalan karena sudut-sudutnya menawarkan pemandangan unik. Sebagian besar wisatawan di Old Town berjalan kaki dan menjadikan beberapa spot sebagai latar foto, bahkan banyak yang bergaya model. Selama jalan kaki kami juga membeli makanan yang dijajakan keliling seperti kue leker, nuget dan sosis goreng, serta es susu dengan beragam topping. Ketika hendak ke toilet, kami mencari kedai sekalian memesan minuman teh panas dan es kopi di Cub House, sebuah cafe unik karena juga merupakan dealer motor Honda lawasan. Teh panas cukup membuat berkeringat dan badan bugar namun kepala saya benar-benar terbebas dari pusing ketika habis makan tom yum seafood di rumah makan Yoy Pochana. Rumah makan ini spesial masakan Thai dengan rasa yang enak. Istri saya memesan daging goreng bawang, dan kami tambah tahu goreng untuk camilan. Semuanya sedap. Semua keringat saya keluar karena tom yum nya pedas dan kuahnya panas. Tidak lupa selama jalan kaki, kami juga memesan tiket untuk nonton pertunjukan Siam Niramit. Ternyata lokasi agen tour untuk pertunjukan tidak jauh dari hostel tempat menginap. Juga, saya menanyakan tempat rental motor karena keesokan hari berencana motoran sekitaran Phuket, membeli tas jinjing untuk membawa bekal kami karena rencana nonton pertunjukan tanpa dengan paket makan malam. Jalan kaki berakhir sekitar pukul 21.30 malam dengan memesan kopi dan roti eskrim di Pancake Corner and The Coffee Club.
Pagi hari sekira jam 10.00 saya menyewa motor di dekat hostel dengan harga 250 Baht dan meninggalkan jaminan paspor. Tujuan pertama adalah mencari sarapan dan akhirnya menemukan warung lokal di luar Old Town. Saya dan istri memesan nasi rames. Rasanya jelas sip, karena kami memang lebih suka warung lokal, dan harganya murah. Selepas sarapan, tujuan motoran adalah Patong dan Freedom beach. Jalanan lumayan ramai tapi tidak macet. Hanya saja di beberapa ruas jalan kota tidak mulus. Aspal bergelombang. Menuju ke Patong berarti harus naik dan turun bukit melalui jalan berkelok. Memasuki area sekitaran pantai lalu-lintas mulai padat merayap. Kami hanya sekedar lewat karena tujuan pertama adalah pantai Freedom. Selepas keluar area pinggir pantai, jalan berbelok menanjak ke bukit, dengan kondisi belum beraspal alias tanah dan bebatuan. Cukup menantang. Tidak berapa lama, jalan menurun dan sampai di area parkir gratis. Dari lokasi parkir kita mesti turun melalui jalan setapak berliku dan berbatu dengan jarak sekira 450 meter. Lumayan menguras tenaga karena turunan seringkali curam. Akan tetapi, begitu sampai di pantai semua kepenatan terbayar. Luasan pantai Freedom tidaklah terlalu besar tetapi hamparan pasir putih, tumpukan bebatuan besar di ujung pantai serta bukit-bukit sekitar menawarkan keindahan dan kesegaran. Di sini, kami sengaja tidak berenang atau turun ke air, cukup mengamati keindahan dan semilir angin dari titik tertentu. Kami tidak beranjak kemanapun, hanya duduk di titik terebut. Setelah merasa cukup, maka mesti jalan kaki kembali dan kali ini naik dengan mencoba rute berbeda. Rute yang lebih dekat tetapi lebih curam dan berbatu. Dengan cukup banyak istirahat serta ngos-ngosan akhirnya sampai di tempat parkir. Setelah menyegarkan diri dengan minum jus dan kelapa muda, kami pacu motor, kali ini istri saya yang mengemudi, menuju ke Patong. Suasana pantai Patong hampir mirip dengan pantai Kuta di Bali. Jalanan krodit, banyak penjual di pinggir pantai yang memanjang, wisatawan yang wara-wiri, melakukan aktivitas laut, makan, pijat, atau hanya duduk dan tiduran santai. Di sini kami juga tidak ke pantai, hanya berhenti sebentar untuk ambil beberapa foto. Motor kemudian terus melaju dengan rencana menuju ke Central Phuket, sebuah mall besar. Namun sayang, sesampai lokasi ban motor kempes. Terpaksa mencari tambal ban dengan menuntun sepeda motor. Sebuah pengalaman jalan kaki yang mewah. Tak berapa lama, kami menemukan bengkel. Proses tambal lumayan cepat dan segeralah kami kembali menuju hostel. Di tengah jalan berhenti sebentar di mini mart untuk membeli keperluan harian. Selepas belanja, motor kembali melaju, dan kembali ban kempes, hahaha. Sungguh pengalaman yang benar-benar mewah. Kali ini lokasi bengkel cukup jauh dan mesti tanya sana-sini dengan beragam jawaban, ada yang tak acuh, ada yang menjelaskan dengan baik tapi kami tidak tahu bahasanya, ada yang ketus, ada yang salah memberi saran, dan ada yang menjelaskan dengan kosa kata dasar serta bahasa gerak. Jawaban-jawaban ini mengantarkan kami ke bengkel yang memang benar-benar bengkel. Proses tambal juga cepat dan kelihatannya profesional. Begitu selesai, kami langsung bergegas mengembalikan motor sebelum konter persewaannya tutup, dan segera rehat di kamar. Capek.
Pada pukul 17.45 kami sudah dijemput travel dari pihak Siam Niramit. Perjalanan sekira 30 menit sudah sampai lokasi dan langsung menukar nota pesanan dengan tiket. Pentas utama mulai pada pukul 20.30 sehingga banyak tersisa waktu untuk observasi. Kami memang hanya pesan tiket pertunjukan dan antar-jemput tanpa makan malam. Waktu luang dapat digunakan untuk mengunjungi berbagai macam replika bangunan dan kehidupan desa di Thailand lengkap dengan taman, jalan setapak, dan bahkan ada kambing serta kerbau. Di arena ini juga terdapat booth untuk permainan ketangkasan. Para tamu yang tidak mengambil paket makan malam dapat menghabiskan waktu di arena ini. Pertunjukan pembuka dimulai pada pukul 19.45 di halaman gedung teater. Pertunjukan ini dimaksudkan untuk memberi pengantar pada pertunjukan utama dan sekaligus menarik minat penonton karena pada setiap sesi, terutama sesi akhir, penonton dapat berinteraksi dan terlibat. Tepat pukul 20.00 penonton dipersilakan masuk gedung teater. Sebelum masuk ada cek barang; kamera, tablet dan makanan harus dititipkan. Penonton hanya diperkenankan membawa minuman air dalam botol dan HP. Secara umum, pertunjukan hiburan untuk wisata, Siam Niramit, memang mempesona. Banyak kejutan menarik yang ditampilkan. Cerita dibagi menjadi 2 sesi secara besaran. Sesi pertama menggambarkan perkembangan kehidupan dan budaya Thailand sejak zaman kerajaan yang mendapatkan pengaruh dari Melayu, China, dan Khmer. Perjalanan budaya ini dibagi-bagi ke dalam berbagai adegan mulai dari masa awal kerajaan, masa perdagangan, perkawinan campuran, budaya Khmer, kehidupan kerajaan, dan kehidupan pedesaan. Pada jeda peralihan sesi disajikan pertunjukan orkestrasi angklung komedi yang melibatkan penonton. Sesi kedua menggambarkan kepercayaan keagamaan yang masih dihayati di mana dunia di bagi menjadi bawah, tengah, dan atas. Gambaran dunia bawah adalah siksaan bagi manusia yang melakukan tindakan tak terpuji ketika hidup. Gambaran dunia tengah mengetengahkan kehidupan hutan yang mistik, sementara gambaran dunia atas adalah kehidupan para Dewa.
Cerita Siam Niramit tidaklah terlalu istimewa, akan tetapi tata kelola panggungnya sungguh mempesona. Rias busana, dekorasi, peranti, perabot, efek, musik, cahaya, animasi berpadu secara artistik dari adegan ke adegan berikutnya. Hampir semua area panggung digunakan untuk pertunjukan, beberapa area panggung utama digerakkan secara hidrolik sehingga objek artistik bisa muncul dari bawah. Dari atas panggung objek artistik juga sering diturunkan untuk pergantian set, juga pemain yang dapat terbang atau turun dari atas seolah sedang menyelam ke dasar lautan. Panggung sendiri terdiri dari beberapa level sehingga efek jauh-dekatnya sangat terasa. Bagian apron juga sering menampilkan aktor, penari, dan objek artistik. Bahkan di bagian atas apron juga digunakan untuk menampilkan adegan. Area penonton tidak luput dari sentuhan, pemain sering keluar dan beraksi di area ini. Efek cahaya, suara, bahkan air hujan, awan, api yang memancar, air panas menyemprot dari bawah semua disajikan. Selain itu yang tak kalah menarik adalah, panggung bagian depan digunakan sebagai sungai yang bisa digunakan untuk mandi berselam oleh aktor, perahu-perahu lewat, dan untuk melantarkan sesajen. Semuanya ditampilkan dengan teknik yang benar-benar telah dihitung cermat. Timing pergantian set dengan segala macam teknik efek pendukung digarap secara serius. Menurut saya, Siam Niramit bisa dijadikan inspirasi bagi orang-orang yang bergerak di bidang tata artistik panggung pertunjukan. Tidak salah kiranya ketika pembawa acara menyatakan bahwa Siam Niarmit adalah pertunjukan wisata hiburan yang spektakuler. Memang begitu adanya.
Tepat jam 22.00 driver sudah menunggu dan 30 menit kemudian kami telah sampai di depan hostel. Namun, karena merasa masih sedikit kurang makan, kami jalan kaki membeli burger pinggir jalan. Spot burger ini seringkali ramai dan ketika kami mencobanya memang rasanya enak. Masing-masing dari kami habis 1 burger dan 1 kaleng minuman soda. Selepas itu kami langsung rehat. Pagi hari (26/01/26) tepat pukul 07.00 saya pesan grab menuju bandara untuk kembali ke Jogja via Singapura. Kebetulan dalam penerbangan ini, pesawatnya berukuran besar sehingga memungkinkan untuk ngorok santai selama penerbangan. (**)
Selepas itu, kami menyusuri setiap jalan dan lorong yang ada di Old Town, mulai dari Jalan Ratsada, Yaorawad, Phangnga, Thalang, Montri, Phuket, Takuapa, Lorong Rommani, dan Lorong Paradit. Terdapat beberapa museum di antaranya adalah; Museum Phuket, Museum Peranakan, Museum Filateli, dan Museum Thai Hua. Semuanya hanya kami lewati dan lihat dari luar saja. Selama jalan kaki kami terkadang berhenti di spot yang menarik di mana banyak orang mengambil gambar seperti di pojok Aungku Craft & Cafe di mana dinding bangunan dipenuhi bunga hiasan, dan hampir di semua perempatan jalan karena sudut-sudutnya menawarkan pemandangan unik. Sebagian besar wisatawan di Old Town berjalan kaki dan menjadikan beberapa spot sebagai latar foto, bahkan banyak yang bergaya model. Selama jalan kaki kami juga membeli makanan yang dijajakan keliling seperti kue leker, nuget dan sosis goreng, serta es susu dengan beragam topping. Ketika hendak ke toilet, kami mencari kedai sekalian memesan minuman teh panas dan es kopi di Cub House, sebuah cafe unik karena juga merupakan dealer motor Honda lawasan. Teh panas cukup membuat berkeringat dan badan bugar namun kepala saya benar-benar terbebas dari pusing ketika habis makan tom yum seafood di rumah makan Yoy Pochana. Rumah makan ini spesial masakan Thai dengan rasa yang enak. Istri saya memesan daging goreng bawang, dan kami tambah tahu goreng untuk camilan. Semuanya sedap. Semua keringat saya keluar karena tom yum nya pedas dan kuahnya panas. Tidak lupa selama jalan kaki, kami juga memesan tiket untuk nonton pertunjukan Siam Niramit. Ternyata lokasi agen tour untuk pertunjukan tidak jauh dari hostel tempat menginap. Juga, saya menanyakan tempat rental motor karena keesokan hari berencana motoran sekitaran Phuket, membeli tas jinjing untuk membawa bekal kami karena rencana nonton pertunjukan tanpa dengan paket makan malam. Jalan kaki berakhir sekitar pukul 21.30 malam dengan memesan kopi dan roti eskrim di Pancake Corner and The Coffee Club.
Pagi hari sekira jam 10.00 saya menyewa motor di dekat hostel dengan harga 250 Baht dan meninggalkan jaminan paspor. Tujuan pertama adalah mencari sarapan dan akhirnya menemukan warung lokal di luar Old Town. Saya dan istri memesan nasi rames. Rasanya jelas sip, karena kami memang lebih suka warung lokal, dan harganya murah. Selepas sarapan, tujuan motoran adalah Patong dan Freedom beach. Jalanan lumayan ramai tapi tidak macet. Hanya saja di beberapa ruas jalan kota tidak mulus. Aspal bergelombang. Menuju ke Patong berarti harus naik dan turun bukit melalui jalan berkelok. Memasuki area sekitaran pantai lalu-lintas mulai padat merayap. Kami hanya sekedar lewat karena tujuan pertama adalah pantai Freedom. Selepas keluar area pinggir pantai, jalan berbelok menanjak ke bukit, dengan kondisi belum beraspal alias tanah dan bebatuan. Cukup menantang. Tidak berapa lama, jalan menurun dan sampai di area parkir gratis. Dari lokasi parkir kita mesti turun melalui jalan setapak berliku dan berbatu dengan jarak sekira 450 meter. Lumayan menguras tenaga karena turunan seringkali curam. Akan tetapi, begitu sampai di pantai semua kepenatan terbayar. Luasan pantai Freedom tidaklah terlalu besar tetapi hamparan pasir putih, tumpukan bebatuan besar di ujung pantai serta bukit-bukit sekitar menawarkan keindahan dan kesegaran. Di sini, kami sengaja tidak berenang atau turun ke air, cukup mengamati keindahan dan semilir angin dari titik tertentu. Kami tidak beranjak kemanapun, hanya duduk di titik terebut. Setelah merasa cukup, maka mesti jalan kaki kembali dan kali ini naik dengan mencoba rute berbeda. Rute yang lebih dekat tetapi lebih curam dan berbatu. Dengan cukup banyak istirahat serta ngos-ngosan akhirnya sampai di tempat parkir. Setelah menyegarkan diri dengan minum jus dan kelapa muda, kami pacu motor, kali ini istri saya yang mengemudi, menuju ke Patong. Suasana pantai Patong hampir mirip dengan pantai Kuta di Bali. Jalanan krodit, banyak penjual di pinggir pantai yang memanjang, wisatawan yang wara-wiri, melakukan aktivitas laut, makan, pijat, atau hanya duduk dan tiduran santai. Di sini kami juga tidak ke pantai, hanya berhenti sebentar untuk ambil beberapa foto. Motor kemudian terus melaju dengan rencana menuju ke Central Phuket, sebuah mall besar. Namun sayang, sesampai lokasi ban motor kempes. Terpaksa mencari tambal ban dengan menuntun sepeda motor. Sebuah pengalaman jalan kaki yang mewah. Tak berapa lama, kami menemukan bengkel. Proses tambal lumayan cepat dan segeralah kami kembali menuju hostel. Di tengah jalan berhenti sebentar di mini mart untuk membeli keperluan harian. Selepas belanja, motor kembali melaju, dan kembali ban kempes, hahaha. Sungguh pengalaman yang benar-benar mewah. Kali ini lokasi bengkel cukup jauh dan mesti tanya sana-sini dengan beragam jawaban, ada yang tak acuh, ada yang menjelaskan dengan baik tapi kami tidak tahu bahasanya, ada yang ketus, ada yang salah memberi saran, dan ada yang menjelaskan dengan kosa kata dasar serta bahasa gerak. Jawaban-jawaban ini mengantarkan kami ke bengkel yang memang benar-benar bengkel. Proses tambal juga cepat dan kelihatannya profesional. Begitu selesai, kami langsung bergegas mengembalikan motor sebelum konter persewaannya tutup, dan segera rehat di kamar. Capek.
Pada pukul 17.45 kami sudah dijemput travel dari pihak Siam Niramit. Perjalanan sekira 30 menit sudah sampai lokasi dan langsung menukar nota pesanan dengan tiket. Pentas utama mulai pada pukul 20.30 sehingga banyak tersisa waktu untuk observasi. Kami memang hanya pesan tiket pertunjukan dan antar-jemput tanpa makan malam. Waktu luang dapat digunakan untuk mengunjungi berbagai macam replika bangunan dan kehidupan desa di Thailand lengkap dengan taman, jalan setapak, dan bahkan ada kambing serta kerbau. Di arena ini juga terdapat booth untuk permainan ketangkasan. Para tamu yang tidak mengambil paket makan malam dapat menghabiskan waktu di arena ini. Pertunjukan pembuka dimulai pada pukul 19.45 di halaman gedung teater. Pertunjukan ini dimaksudkan untuk memberi pengantar pada pertunjukan utama dan sekaligus menarik minat penonton karena pada setiap sesi, terutama sesi akhir, penonton dapat berinteraksi dan terlibat. Tepat pukul 20.00 penonton dipersilakan masuk gedung teater. Sebelum masuk ada cek barang; kamera, tablet dan makanan harus dititipkan. Penonton hanya diperkenankan membawa minuman air dalam botol dan HP. Secara umum, pertunjukan hiburan untuk wisata, Siam Niramit, memang mempesona. Banyak kejutan menarik yang ditampilkan. Cerita dibagi menjadi 2 sesi secara besaran. Sesi pertama menggambarkan perkembangan kehidupan dan budaya Thailand sejak zaman kerajaan yang mendapatkan pengaruh dari Melayu, China, dan Khmer. Perjalanan budaya ini dibagi-bagi ke dalam berbagai adegan mulai dari masa awal kerajaan, masa perdagangan, perkawinan campuran, budaya Khmer, kehidupan kerajaan, dan kehidupan pedesaan. Pada jeda peralihan sesi disajikan pertunjukan orkestrasi angklung komedi yang melibatkan penonton. Sesi kedua menggambarkan kepercayaan keagamaan yang masih dihayati di mana dunia di bagi menjadi bawah, tengah, dan atas. Gambaran dunia bawah adalah siksaan bagi manusia yang melakukan tindakan tak terpuji ketika hidup. Gambaran dunia tengah mengetengahkan kehidupan hutan yang mistik, sementara gambaran dunia atas adalah kehidupan para Dewa.
Cerita Siam Niramit tidaklah terlalu istimewa, akan tetapi tata kelola panggungnya sungguh mempesona. Rias busana, dekorasi, peranti, perabot, efek, musik, cahaya, animasi berpadu secara artistik dari adegan ke adegan berikutnya. Hampir semua area panggung digunakan untuk pertunjukan, beberapa area panggung utama digerakkan secara hidrolik sehingga objek artistik bisa muncul dari bawah. Dari atas panggung objek artistik juga sering diturunkan untuk pergantian set, juga pemain yang dapat terbang atau turun dari atas seolah sedang menyelam ke dasar lautan. Panggung sendiri terdiri dari beberapa level sehingga efek jauh-dekatnya sangat terasa. Bagian apron juga sering menampilkan aktor, penari, dan objek artistik. Bahkan di bagian atas apron juga digunakan untuk menampilkan adegan. Area penonton tidak luput dari sentuhan, pemain sering keluar dan beraksi di area ini. Efek cahaya, suara, bahkan air hujan, awan, api yang memancar, air panas menyemprot dari bawah semua disajikan. Selain itu yang tak kalah menarik adalah, panggung bagian depan digunakan sebagai sungai yang bisa digunakan untuk mandi berselam oleh aktor, perahu-perahu lewat, dan untuk melantarkan sesajen. Semuanya ditampilkan dengan teknik yang benar-benar telah dihitung cermat. Timing pergantian set dengan segala macam teknik efek pendukung digarap secara serius. Menurut saya, Siam Niramit bisa dijadikan inspirasi bagi orang-orang yang bergerak di bidang tata artistik panggung pertunjukan. Tidak salah kiranya ketika pembawa acara menyatakan bahwa Siam Niarmit adalah pertunjukan wisata hiburan yang spektakuler. Memang begitu adanya.
Tepat jam 22.00 driver sudah menunggu dan 30 menit kemudian kami telah sampai di depan hostel. Namun, karena merasa masih sedikit kurang makan, kami jalan kaki membeli burger pinggir jalan. Spot burger ini seringkali ramai dan ketika kami mencobanya memang rasanya enak. Masing-masing dari kami habis 1 burger dan 1 kaleng minuman soda. Selepas itu kami langsung rehat. Pagi hari (26/01/26) tepat pukul 07.00 saya pesan grab menuju bandara untuk kembali ke Jogja via Singapura. Kebetulan dalam penerbangan ini, pesawatnya berukuran besar sehingga memungkinkan untuk ngorok santai selama penerbangan. (**)
No comments:
Post a Comment