24.12.24

Secuil Eropa Di Phu Quoc

Phu Quoc merupakan salah satu pulau di Vietnam yang dijadikan sebagai tujuan wisata. Di pulau ini dibangun beberapa wahana untuk menarik wisatawan. Saya bersama istri mencoba melihat sekilas Phu Quoc. Pada tanggal 24 Desember berangkat dan kembali ke HCMC tanggal 26 Desember 2024. Perjalanan dimulai dari Bandara Tan Son Nhat dengan menggunakan penerbangan murah Vietravel Airlines pada pukul 16.55 dan sampai di Phu Quoc International Airport pada pukul 18.10. Meski ada bus umum menuju kota, kami ambil taksi Xanh menuju Hotel An Phu. Selepas check in dan meletakkan barang, kami mencoba jalan kaki sekitaran hotel sambil mencari makan malam. Langkah terhenti di warung makan Mi Vit Tiem Loi Ty. Di warung ini saya memesan mi kuah dan istri saya memesan dim sum serta banh trang cac loai (rice paper yang diiris tipis-tipis dicampur mangga, jeruk, bubuk cabai, daun mint, dan telur puyuh). Rasa banh trang memang khas apalagi ada campuran irisan mangga dan daun mint. Setelah melahap habis semua makanan, kami mencoba melanjutkan jalan kaki. Tetapi tidak terlalu jauh jalannya, karena berniat akan mengobservasi keesokan hari. Menjelang sampai hotel, mampir dulu di cafe Highland Coffee. Di sini istri saya memesan es teh yang diberi krim dan biji bunga teratai (tra sen vang), sementara saya seperti biasa memesan es kopi susu. Tidak menghabiskan waktu lama, lanjut menyeberang jalan dan mampir di mini mart untuk membeli air minum. Segara setelahnya, menuju ke hotel karena kebetulan istri saya merasa kurang enak badan. Malam ini kami rehat dan perjalanan berlanjut esok.

Perjalanan keesokan harinya, dimulai selepas sarapan di hotel. Kami sewa motor dari hotel seharga 150.000 Dong per hari dan jam 10 pagi mulai berkendara, menuju ke bandara. Tujuan ke bandara adalah menanyakan perihal jaket istri saya yang tertinggal di pesawat yang kami tumpangi kemarin. Setelah petugas keamanan menanyakan pada maskapai, ternyata tidak ada barang tertinggal. Terpaksa mesti diikhlaskan. Dari bandara motor kami laju menuju jalur barat-selatan ke An Thoi. Jarak sekira 12 kilometer, dan di pertengahan jalan, berhenti dulu di warung untuk beli minuman karena cuaca panas. Lanjut perjalanan kemudian dengan gegas dan akhirnya sampailah di Sun World. Sebuah area wisata buatan yang didesain seperti kota bukit dan pantai di Eropa. Di area ini banyak gedung berjajar dengan bentuk dan komposisi artistik yang diperuntukkan sebagai hotel, resto, cafe, dan juga kantor serta wahana wisata. Replika beberapa landmark Eropa ada di sini. Wahana paling terkenal adalah kereta gantung yang melewati atas laut dan pulau-pulau. Nah, kami tidak bisa naik karena terlambat datang untuk jadwal pagi hari. Kalau mau menunggu jadwal berikutnya siang sampai sore, tapi kami tidak bisa sebab mesti menuju ke lokasi lain. Beberapa wahana menarik yang ditawarkan di sini adalah, pantai, taman bermain, anjungan untuk menikmati sunset, pasar malam, dan juga pertunjukan khusus yang diadakan di panggung arena pinggir pantai. Setelah kami merasa cukup mengobservasi, perjalanan berlanjut ke sisi barat-utara pulau. Kami ambil jalur lain melewati pinggir pantai. Pemandangannya indah, ada warung, kampung nelayan, perahu, tempat penjemuran ikan, dan hamparan pasir serta pohon nyiur. Namun tidak begitu jauh, jalanan mulai tidak beraspal, tanah merah. Hal ini membuat motor kami tidak bisa cepat karena harus menghindari cerukan tanah dan tonjolan batu, namun cukup mengasyikkan. Begitu lajur pinggir pantai habis, jalan mesti berbelok, melawati pinggir hutan dan perkampungan, kami lalu ambil jalur lain menuju ke jalan utama, jalur tengah. Motor segera melaju untuk mencari pengisi perut.

Kami berhenti di resto Banh Xeo Cuoi 3 yang cukup terkenal dan rate-nya bagus. Tapi rupanya harga telah berubah (naik). Saya memesan nasi putih dan ca kangkung (ngirit) sementara istri saya memesan bun cha (mie beras plus kuah dan daging asap). Tidak lama kami di sini karena harus lanjut perjalanan yang lumayan jauh, dari selatan ke utara, ujung ke ujung. Tujuan kami adalah Grand World. Namun sebelumnya, melakukan observasi sebentar di pusat kota Phu Quoc dan berhenti di pinggir muara, di pelataran Kuil Dinh Cau, sekedar melihat kapal-kapal berlabuh. Setelah itu lanjut jalan, dan kira-kira 20 menit kami sampai tujuan. Area wisata buatan ini juga merupakan area yang mereplikasi kota di Eropa, tepatnya Venesia. Di area ini kita bisa menaiki perahu dan melintasi kanal buatan di mana di setiap sisinya berderet bangunan. Sama seperti di Sun World, untuk masuk areanya free. Tiket hanya diperlukan ketika kita masuk wahana atau pertunjukan tertentu. Di sini kami mencoba menaiki perahu namun hanya mengambil satu arah saja, karena tiketnya lebih murah. Berikutnya adalah jalan, jajan, dan foto-foto area sepanjang kanal dan menuju ke titik parkir motor. Perjalanan berikutnya berlanjut menuju Vin Wondres, sebuah taman yang di dalamnya terdapat banyak wahana wisata berbayar, hehehe. Menarik, ketika memasuki area parkirnya, karena hanya kami berdua yang naik motor sementara yang lain menggunakan mobil, shuttle, atau bus. Banyak mata melirik dan memandangi. Di sini kami tidak berhenti karena waktu sudah senja dan matahari mulai terbenam. Sebelum gelap mesti kembali ke hotel, untuk rehat sebentar karena seharian naik motor dengan jarak tempuh lumayan jauh. Setelah rehat dan mandi, kami berangkat ke pasar malam Phu Quoc yang tidak terlalu jauh lokasinya dari hotel. Areanya memanjang dan barang jualan beraneka ragam. Untuk makanan paling banyak adalah seafood. Di sini saya membeli makanan lokal Banh Thot Not (kue bergula kelapa dan beraneka ragam bentuk dan warna). Lanjut saya makan sup mie sea food dan istri saya membeli duren serta pisang goreng. Setelah itu, mencoba masuk ke King Kong Mart, gerai-gerai pakaian murah, dan lanjut kembali ke hotel. Malam ini kami segera rehat dan esok pagi mesti terbang kembali ke HCMC.


Rupanya, maskapai mengganti jadwal penerbangan. Dari yang sedianya pukul 09.50 menjadi 11.55. Oleh karena itu kami bangun agak nyantai, menikmati sarapan di hotel baru kemudian ke bandara. Ternyata setelah melakukan check in dan masuk ruang tunggu, jadwal penerbangan mengalami delay menjadi pukul 13.40. Jadinya, terpaksa menghabiskan waktu di dalam bandara. Saat itu, keadaan bandara Phu Quoc sangat krodit. Banyak sekali penumpang, terutama tujuan domestik. Umumnya mereka adalah wisatawan asing. Semua loket check in penuh antrean mengular. Ketika mau masuk ruang tunggu pengecekan lebih ketat, bahkan harus mencopot sepatu. Dengan segala keruwetan situasi bandara dan jadwal yang berubah-ubah, akhirnya pesawat kami diterbangkan juga. Dan ternyata, mendapat pesawat besar dengan format kursi 3 - 4 - 3. Sangat jarang penerbangan murah dapat pesawat berukuran besar. Beruntung lagi, dalam deretan 3 kursi hanya diduduki kami berdua. Kekecewaan menunggu waktu di bandara terlalu lama agak sedikit terobati.(**)

Catatan: Phu Quoc terus membangun wahana wisata baru, hotel, resort dan banyak hal terkait dengan turisme. Area wisata yang sudah ada memang secara bangunan dan beberapa event sudah jadi, namun belum semuanya terisi. Bahkan, di pinggir jalan sepanjang Grand World dan Vin Wonders sebagian besar bangunan masih kosong. Sebenarnya, Phu Quoc kurang cocok untuk kami wisatawan backpakcer yang lebih suka menyusuri kota dan sekitarnya dengan berjalan kaki atau naik motor. Alasan lain, ya karena atraksi wisatanya banyak berbayar dan cukup mahal untuk dompet kami yang tipis, hahaha. Namun, meski hanya mengobservasi sekilas, menurut kami, Phu Quoc menyajikan sesuatu yang dapat menarik banyak wisatawan untuk berkunjung. Apalagi mungkin setelah banyak area dan wahana wisata lain yang saat ini dibangun telah selesai. (**)

No comments:

Post a Comment

Banyuwangi: Sekilas Kuliner dan Pantai Bagian Utara

Pada libur minggu panjang kali ini, saya dan istri berniat ke Banyuwangi. Kebetulan tugas istri mengantar wisatawan ke Bali, jadi dalam perj...