26.5.23

Labuan Bajo, Ende, dan Kupang

Pada tanggal 21 Mei 2023 saya berangkat ke Ende, NTT untuk sebuah workshop kesenian. Dari Jogja saya berangkat tgl 20 Mei menggunakan kereta api Ranggajati jam 11.15 pagi dan sampai Surabaya jam 15.57. Begitu sampai saya langsung kulineran menuju ke Spesial Belut Surabaya yang ada di Kedungdoro dan lanjut ke warung bakso yang cukup viral di Patemon Kali. Sejenak melepas penat setelah perut full saya menuju ke My Studio Hotel di dekat bandara Juanda. Segera saja saya tidur karena pesawat menuju Ende take off keesokan hari pada pukul 07.00 melalui Labuan Bajo. Pesawat Lion Air mendarat di Labuan Bajo pukul 09.30 sementara penerbangan ke Ende pada pukul 13.20, jadi ada spare waktu 4 jam kurang 10 menit. Kesempatan ini saya gunakan untuk sekilas melihat keindahan Labuan Bajo bersama  3 orang teman yang berangkat bersama dari Juanda.

Dari bandara kami sewa taksi menuju Kampung Ujung, sesuai arahan dari seorang teman. Hanya sekitar 5 menit perjalanan sudah sampai dan langsung dihadapkan pada pemandangan laut nan elok. Di sini kita makan siang di gerai yang berjajar di sekitar pelabuhan Marina, lalu lanjut observasi area sekitar. Pemandangan laut biru, pulau-pulau di kejauhan serta kapal-kapal yang bersandar maupun boat yang lalu-lalang benar-benar mengasyikkan. Tidak banyak yang kami lakukan selain duduk-duduk menikmati suasana dan pemandangan serta mengambil beberapa gambar. Setelah cukup puas kami kembali menghubungi sopir taksi untuk mengantar ke spot menarik lain sembari menuju bandara.

Sopir mengantar kami ke Waringin, spot untuk menyaksikan sunset. Benar, di spot ini pemandangan lebih luas dan kelihatan lebih indah. Bisa dibayangkan bagaimana gambaran pada saat sunset menjelang. Rupanya, sopir mengatakan bahwa ada spot yang lebih tinggi dan lebih menarik untuk menikmati sunset. Segera saja kami setuju dengan tawaran itu. Spot tersebut ada di bukit sisi belakang Waringin. Jalanan sudah beraspal namun tidak begitu lebar dan tidak lama sudah sampai di puncaknya. Wah, pemandangannya benar-benar memanjakan mata. Lanskap kota, laut, kapal, dan pulau-pulau menjadi seperti lukisan. Kami berada di spot ini agak sedikit lama.

Dari spot sunset kami langsung menuju bandara dan meneruskan penerbangan ke Ende menggunakan Wings Air. Ende merupakan kota kecil yang hangat dan menyenangkan. Dekat dengan pantai dan pegunungan. Saya menginap di Hotel Satarmase selama kegiatan wokshop berlangsung. Hari itu dan keesokan harinya fokus ke workshop. Pada hari ketiga, ada sedikit waktu luang istirahat siang, panita mengajak berkunjung ke objek sejarah; Rumah Pengasingan Bung Karno, Taman Renungan Bung Karno, dan Serambi Soekarno. Wisata yang sangat menarik, terutama bagi saya, adalah rumah pengasingan. Arsitektur lawas yang masih dipertahankan membuktikan bahwa ruang di dalam rumah dapat tetap berhawa sejuk di siang hari yang panas tanpa AC. Rumah tidak terlalu besar sehingga menyisakan halaman cukup luas dengan pohon rindang menjadi pendukung kesejukan suasana, sungguh menarik.  

Hari berikutnya, pada jam 4 pagi kembali panitia mengantar perjalanan menuju Kelimutu, danau tiga warna. Perjalanan dari kota Ende menuju Kelimutu memakan waktu sekira 2 jam dengan kondisi jalan yang trerus menerus berkelok serta naik-turun. Perlu stamina dan kebugaran tubuh untuk menempuh rute ini. Namun pagi itu kami semua harus menahan pusing dan mual karena belum sarapan sementara udara dingin sekali. Sesampai di tempat parkir, kami menuju warung untuk minum teh hangat dan makan mie telor. Ketika siap, kami berangkat mendaki pelan-pelan dengan kondisi jalan yang sudah tertata sangat baik. Sekira 30 menit, kami sudah bisa mencapai puncak dan menyaksikan keindahan danau 3 warna. Danau ini sebenarnya kawah gunung berapi yang mana bau belerang terkadang masih kuat terhirup ketika matahari bersinar terik. Saat itu danau berwarna hijau toska, biru kehijauan dan satu danau yang terpisah berwarna hitam. Di sini kami menghabiskan banyak waktu, selain menikmati keindahan alam, panas berangin, mengambil gambar juga melepaskan lelah. Namun demikian, kami tetap harus turun dan kembali ke kota karena kegiatan workshop masih harus dilangsungkan. Malam hari, selepas worskhop dan agenda resmi penutupan kegiatan, peserta mengajak saya ke Pantai Kota Raja, tempat wisata baru di Ende. Meskipun kami datang malam-malan namun kesegaran angin laut dan gemerlap cafe di sepanjang pantai menandakan kemeriahan. Ya, memang suasananya terlihat hidup meski malam melarut dan ini merupakan malam terakhir saya di Ende.

Keesokan harinya, pukul 11.30 saya dan beberapa teman terbang ke Kupang. Pesawat mengalami keterlambatan sekira 1 jam sehingga ketika sampai di Kupang kami dalam kondisi lelah. Meski demikian seorang teman lama mengajak kami berkeliling kota Kupang di malam hari. Namun saya kurang puas karena tidak bisa melihat dengan jelas. Keesokan harinya pukul 7 pagi saya menyewa ojek untuk menyusur kembali perjalanan malam sebelumnya. Selain pemandangan pantai, saya juga tertarik dengan struktur Kota Lama. Ojek berjalan pelan menyusuri kota dan saya puaskan mata untuk merekam lanskap kota. Meski sekilas namun saya merasa bahwa Kupang merupakan kota yang sangat hidup dan siap untuk begerak cepat. Setelah puas berkeliling, saya meminta ojek untuk kembali ke hotel karena harus segera packing, menuju ke bandara, dan terbang kembali ke Jogja. Perjalanan dan pengalaman serba sebentar di Labuan Bajo, Ende, dan Kupang membawa semangat untuk kembali lagi ke sana kapan waktu ada. (+) 


No comments:

Post a Comment

Hoi An: Kota Tua Penuh Lentera

Perjalanan saya dan istri ke Hoi An dimulai dari stasiun kereta api Hue pada 20 Juni 2024 menuju stasiun Da Nang dan dari Da Nang lanjut nai...