Kembali saya bersama istri pergi ke Ho Chi Minh City (HCMC) untuk libur Desemberan. Tujuan kami tidak begitu jelas sebenarnya selain mencoba mengunjungi landmark, kulineran, dan ke cafe. Lebih tepatnya ingin ke tempat yang belum dikunjungi. HCMC memang berkembang cukup pesat, berdasar berita dari web, banyak tempat kunjungan baru yang ditawarkan. Nah, karena itulah perjalanan ini terjadi. Dari Jogja tanggal 21 Desember 2024, pagi hari, kami naik kereta Taksaka menuju Jakarta. Sesampai stasiun Gambir langsung pesan gocar menuju ke BNI City karena ingin mencoba naik kereta bandara Jakarta. Begitu tiba di bandara, lanjut mencoba kalayang, kereta antar terminal. Dari terminal 2 kami menuju terminal 3, lokasi di mana mobil dari Hotel Zest, tempat kami menginap, bersedia menjemput. Waktu istirahat di hotel mesti dimanfaatkan dengan cukup baik karena keesokan harinya mesti terbang ke HCMC. Kali ini kami mencoba menggunakan Vietjet Air (kebetulan dapat tiket harga murah). Pesawat berangkat pukul 13.30 dan tiba pada pukul 16.30. Namun suasana bandara Tan Son Nhat sedang mengalami renovasi dan kru maskapai sedikit kurang berkoordinasi sehingga bus agak terlambat menjemput. Sesampai hall kedatangan, para penumpang sudah menumpuk di imigrasi, jadi harus sabar mengantre. Butuh waktu 1 jam mulai turun pesawat sampai keluar imigrasi. Begitu keluar bandara, ritual penukaran uang dan membeli sim card mesti dilakukan.
Biasanya, kami sewa taksi menuju kota, namun kali ini istri saya ingin mencoba naik bus umum. Sekeluar bandara kaki melangkah menuju pemberhentian bus dan mengambil shuttle nomor 109 menuju jalan Pham Ngu Lao. Harga tiket sangat murah, hanya 15.000 Dong per orang. Perjalanan memakan waktu sekira 50 menit, karena jalan agak macet. Sampai di pemberhentian terakhir kami jalan menuju ke Sevel untuk membeli makanan ringan dan minuman, lanjut ke Hotel Le Vu. Selepas urusan check in, meletakkan barang (ransel) langsung menuju ke warung Pho Quynh, tidak jauh dari hotel, yang terkenal kelezatan pho-nya. Memang pho di sini enak dan warung selalu ramai, apalagi tempatnya persis di pojokan perempatan jalan, mudah diakses. Setelah cukup puas, kami melanjutkan jalan kaki menyusuri jalan Bui Vien yang selalu heboh dengan gemerlap dunia Cafe & Bar nya. Kami tidak berhenti, terus bejalan pelan sambil menikmati suasana hiruk-pikuk yang ada. Dari jalan ini, sampai pertigaan sebelum ujung jalan, belok kiri melewati gang di mana hotel kami untuk beberapa hari berikutnya berada. Berikutnya berjalan terus menuju Central Market yang terletak di bawah tanah taman publik Pham Ngu Lao. Namun sebelum itu, mampir dulu di cafe & resto DaybyDay. Di sini memesan es kopi susu dan es kopi asin yang rasanya mantap didukung set cafe yang artistik seperti taman dan ditambah live music. Sungguh membuat betah. Tapi sayang, kami merasa cukup lelah sehingga mesti rehat. Dalam menuju ke hotel, menyempatkan waktu sedikit mengobservasi gerai dagangan dan makanan yang ada di Central Market, yang rupanya masih lumayan baru sehingga banyak gerai baru akan dibuka. Keluar dari sini mampir sekali lagi ke Sevel sebelum akhirnya masuk ke hotel.
Kami tidur cukup lelap dan bangun agak siangan. Keluar hotel sekira pukul 10 pagi dan membeli sarapan mi suon non dan mi bo, sup mi daging namun mi-nya dibuat dari terigu bukan beras seperi pho. Warung makan Mi Tuoi Keo Soi 103 ini cukup terkenal karena minya dibuat sendiri secara langsung. Kuah yang disajikan sedikit lebih manis dibanding pho. Rasa teh di warung ini juga enak. Setelah sarapan, kami memesan grab dan menuju ke Tan Dinh Parish Church atau yang dikenal dengan gereja berwarna pink. Bangunan Gereja Katolik Roma yang megah ini sayangnya tidak bisa dimasuki karena sedang diset untuk perayaan Natal. Oleh karenanya hanya mengambil foto dari sisi luar saja. Di salah satu gang depan gereja ada warung nasi dengan berbagai macam lauk. Kami tertarik dan makan di situ, sayur dan daging tanpa nasi. Rasanya enak, sambalnya mantap, namun tidak terlalu suka terong bulatnya. Selepas itu kembali pesan grab dan menuju The Cafe Apartments, sebuah bangunan apartemen lantai 9 atau 10 yang di dalamnya berisi cafe-cafe. Kami tidak masuk, hanya mengambil foto dan istirahat di taman di depannya. Di sekitar area ini juga terdapat landmark lain seperti City Hall, Sky Deck, dan Opera House. Tepat di seberang gedung apartemen ada Cafe Katinat yang sedang hit namun pembelinya berjejalan. Alhasil, kami berjalan ke arah jalan lainnya yang berlawanan untuk ke Cafe Katinat yang lain. Di sini hanya membeli teh camomile dan kopi kelapa serta menikmatinya sambil duduk di balkon lantai mezzanine, melihat ramai lalu-lintas dan struktur bangunan-bangunan yang ada. Tidak begitu lama, dan karena minuman telah habis, kami langkahkan kaki ke Uniqlo untuk sekedar melihat-lihat saja. Hampir sama dengan yang ada di Jogja, namun gedungnya luas dan berlantai tingkat 3. Dari sini berniat mencoba Metro HCMC (semacam KRL) yang baru saja dibuka pada tanggal 22 Desember 2024 dengan masa ujicoba 1 bulan, gratis.
Metro HCMC baru mengoperasikan 1 jalur saja, namun dalam draft perencanaan kira-kira akan ada 11 jalur secara keseluruhan. Kereta komuter jalur 1 ini memiliki 14 titik pemberhentian dengan 3 stasiun bawah tanah dan sisanya berada di atas tanah. Stasiun sudah tertata dengan baik, termasuk jalan keluar-masuk bagi jalur (line) lainnya yang masih dalam pembangunan. Metro HCMC serasa mirip dengan MRT yang ada di Singapura. Kami coba naik dari Stasiun Opera House menuju ke Stasiun An Phu. Penumpang cukup berjubel, mungkin karena ingin mencoba menaikinya. Rentang jadwal antar kereta juga tidak terlalu lama antara 6 sampai 10 menit. Sesampai di An Phu, langsung ingin mencari makanan ringan dan tidak sengaja melihat Vincom Mall dan rupanya ada Decathlon, kami masuk dan melihat-lihat. Tidak banyak berbeda dengan yang di Jogja, namun di sini terdapat merk lokal Vietnam yang harganya cenderung miring. Karena merasa perlu mengganjal perut, langsung kaki mengarah ke foodcourt dan membeli roti serta air jeruk. Tidak lama di sini, langsung kembali ke Stasiun An Phu, naik metro menuju ke Stasiun Benh Thanh. Pintu keluar nomor 3 menjadi pilihan karena langsung berada di samping pasar Benh Thanh. Kami tidak masuk, melainkan jalan menuju ke belakang pasar di mana ada penjual nasi campur yang enak. Di sini kami makan sepiring berdua. Nasi sayur, telur, daging bacem dan semur serasa enak sekali tapi harga kurang murah, mungkin karena tidak bisa berbahasa lokal, hahaha. Sayangnya, warung ini tidak menyediakan minuman, sehingga mesti menyeberang jalan ke Local Saigon Cafe. Saya pesan minuman mojito dan istri saya es kopi kelapa. Tentu saja rasanya enak dan melegakan. Sebenarnya masih ingin pesan Pizza 4P's yang cukup terkenal. Tetapi karema antreannya panjang, maka tidak jadi.
Sedianya selepas makan dan minum mau segera beranjak kembali ke hotel, tetapi niat kami batalkan dan justru lanjut jalan kaki lagi. Kali ini coba masuk ke mall Takasimaya. Tetapi hanya lewat atau jalan di dalam mall saja, biar dapat AC, hahaha. Sesampai di luar mall, saya berniat melihat pameran pertunjukan beladiri gratis yang diadakan di jalan D. Le Lai yang menampilkan beragam perguruan. Karena kurang seru akhirnya cuma duduk-duduk di pinggir jalan yang malam itu tidak boleh dilewati kendaraan sambil melihat lalu-lalang orang-orang. Setelah agak lama, kami membeli ketan warna-warni yang ditawarkan penjaja di pinggir jalan. Rasanya lumayan enak, tetapi pedagangnya ibu-ibu jutek yang melakukan scam. Dia bilang harganya 50.000 tapi ketika diberi uang 100.000 ia kembalikan 40.000, sementara ketika warga lokal membeli hanya membayar 40.000, hehehe. Terpaksa tetap tersenyum meskipun sedikit dongkol. Tak berapa lama, kami masuk lagi ke mall untuk numpang jalan lagi, tetapi kaki malah melangkah menuju ke lantai basement di mana terdapat foodcourt. Alhasil mampirlah di Bredtalk dan membeli roti untuk bekal perjalanan esok hari. Tak lama di sini, lalu keluar mall dan kembali menyusuri jalan menuju Pham Ngu Lao. Sampai di taman luar Stasiun Metro Ben Thanh, kami duduk menikmati malam. Setelah itu kembali ke hotel dan segera rehat. Keesokan paginya, kami bangun siangan. Selepas mandi, melangkahkan kaki menuju Banh Mi Huynh Hoa yang sangat terkenal di HCMC untuk sarapan. Sampai di lokasi, antrean sudah memanjang. Kami pesan 2 dan langsung mengikuti antrean. Harga sudah naik menjadi 68.000 Dong (pada tahun 2019 harganya 48.000 Dong). Hsrus sabar menunggu dan ketika tiba giliran, kami ambil dan membawanya kembali ke hotel. Isian banh mi yang berjenis sayuran dibungkus terpisah sehingga nanti bisa dicampur sesuai selera.
Sebelum masuk hotel, perlu memberli chape sua da (es kopi susu) di pinggir jalan. Waktu check out tinggal 30 menit namun sangat cukup untuk menikmati banh mi dan es kopi susu dan setelah itu baru check out. Tujuan berikutnya adalah bandara, karena kami hendak pergi ke Phu Quoc untuk 2 malam 1 hari. Kembali coba naik shuttle nomer 109 dari Pham Ngo Lao Bus Station. Sopir lumayan ngebut dan tiba di terminal 1 Bandara lumayan cepat. Karena waktu tunggu masih lama, maka kami duduk-duduk di area sekitar bandara sambil makan bekal yang dibawa. Setelah waktu menunjuk kurang 2 jam dari keberangkatan, kami jalan kaki menuju terminal 2 domestik. Proses check in terlewati dengan mulus, termasuk proses menunggu karena pesawat tidak mengalami keterlambatan berarti dan segera terbang. Kami meninggalkan HCMC untuk kembali lagi 2 hari kemudian. Dan pada kedatangan kembali ke HCMC pesawat ternyata mengalami delay lebih kurang 3 jam sehingga mendarat di bandara sudah sore. Langsung menuju kota dengan shuttle no. 109. Lanjut jalan kaki, berhenti mengisi perut sebentar dengan banh mi dan sup mi, setelah itu langsung check in di Prague Hotel. Kami masuk kamar, meletakkan barang, dan langung menuju ke kolam renang. Sambil menikmati matahari terbenam, kami berenang. Karena pakaian renang basah dan sayang untuk ditinggal tetapi berat dan repot untuk dibawa, maka istri saya berniat mencari laundry. Di gang sebelah hotel terdapat mesin laundry dan pengering otomatis yang bisa disewa. Cuci 30.000 Dong selama 1 jam, dan pengeringan 30.000 Dong selama 1 jam pula. Sambil menunggu proses cucian, sekalian makan malam. Saya pesan nasi telur dan daging sementara istri saya makan banh xeo. Setelah selesai laundry, waktu sudah malam jam 10 lebih. Tetap saja kami jalan kaki ke taman dekat Stasiun Metro Ben Thanh untuk duduk-duduk santai. Masih banyak aktivitas di sini. Ada perkumpulan mobil dan motor mainan yang digerakkan dengan remote, ada perkumpulan pemilik anjing dan anjingnya, ada yang pacaran, ada yang masih berbelanja, dan ada yang seperti kami, duduk menghabiskan waktu. Sekira pukul 11, kembalilah ke hotel untuk segera rehat, karena besok pesawat kami terbang ke Jakarta pada pagi hari. (**)
Sebelum masuk hotel, perlu memberli chape sua da (es kopi susu) di pinggir jalan. Waktu check out tinggal 30 menit namun sangat cukup untuk menikmati banh mi dan es kopi susu dan setelah itu baru check out. Tujuan berikutnya adalah bandara, karena kami hendak pergi ke Phu Quoc untuk 2 malam 1 hari. Kembali coba naik shuttle nomer 109 dari Pham Ngo Lao Bus Station. Sopir lumayan ngebut dan tiba di terminal 1 Bandara lumayan cepat. Karena waktu tunggu masih lama, maka kami duduk-duduk di area sekitar bandara sambil makan bekal yang dibawa. Setelah waktu menunjuk kurang 2 jam dari keberangkatan, kami jalan kaki menuju terminal 2 domestik. Proses check in terlewati dengan mulus, termasuk proses menunggu karena pesawat tidak mengalami keterlambatan berarti dan segera terbang. Kami meninggalkan HCMC untuk kembali lagi 2 hari kemudian. Dan pada kedatangan kembali ke HCMC pesawat ternyata mengalami delay lebih kurang 3 jam sehingga mendarat di bandara sudah sore. Langsung menuju kota dengan shuttle no. 109. Lanjut jalan kaki, berhenti mengisi perut sebentar dengan banh mi dan sup mi, setelah itu langsung check in di Prague Hotel. Kami masuk kamar, meletakkan barang, dan langung menuju ke kolam renang. Sambil menikmati matahari terbenam, kami berenang. Karena pakaian renang basah dan sayang untuk ditinggal tetapi berat dan repot untuk dibawa, maka istri saya berniat mencari laundry. Di gang sebelah hotel terdapat mesin laundry dan pengering otomatis yang bisa disewa. Cuci 30.000 Dong selama 1 jam, dan pengeringan 30.000 Dong selama 1 jam pula. Sambil menunggu proses cucian, sekalian makan malam. Saya pesan nasi telur dan daging sementara istri saya makan banh xeo. Setelah selesai laundry, waktu sudah malam jam 10 lebih. Tetap saja kami jalan kaki ke taman dekat Stasiun Metro Ben Thanh untuk duduk-duduk santai. Masih banyak aktivitas di sini. Ada perkumpulan mobil dan motor mainan yang digerakkan dengan remote, ada perkumpulan pemilik anjing dan anjingnya, ada yang pacaran, ada yang masih berbelanja, dan ada yang seperti kami, duduk menghabiskan waktu. Sekira pukul 11, kembalilah ke hotel untuk segera rehat, karena besok pesawat kami terbang ke Jakarta pada pagi hari. (**)
Catatan: HCMC semakin pesat dalam membangun sarana untuk wisata. Jika saja semua line Metro telah terbangun, maka wisatawan akan semakin mudah untuk menuju ke titik wisata tertentu. Selain itu, taman, area, cafe, event, dan landmark baru terus dibangun untuk memanjakan wisatawan. HCMC bergerak dan berbenah cepat. Termasuk keamanan dan kenyamanan wisatawan menjadi perhatian sepertinya. Sip!! (**)
No comments:
Post a Comment