22.12.19

Vietnam: Perjalanan ke Vung Tau dan Nha Trang

Libur akhir tahun 2019, saya, istri, dan keponakan pergi ke Vung Tau dan Nha Trang, 2 kota yang memiliki pantai di Vietnam. Perjalanan saya dan istri dimulai dari Yogyakarta (22/12/19) dengan naik kereta api menuju Surabaya untuk bertemu dengan keponakan di sana. Rute perjalanan kami pilih karena perhitungan budget. Garis besar rute kami adalah: Yogya - Surabaya - Kuala Lumpur - Ho Chi Minh - Vung Tau - Ho Chi Minh - Nha Trang - Ho Chi Minh - Kuala Lumpur - Surabaya - Yogya. Hampir semua moda transportasi kami gunakan; kereta api, pesawat, mobil, dan bus. Setelah bertemu keponakan, kami menginap semalam di Surabaya dan paginya (23/12/19) terbang menuju Kuala Lumpur. Setelah transit sekitar 8 jam di Bandara KLIA 2, kami terbang menuju Vietnam dan tiba di Ho Chi Minh City sekitar 20.30 malam langsung memesan taksi dan menuju hotel Room@Saigon. Pagi harinya setelah sarapan, perjalanan ke Vung Tau menggunakan mobil carteran beserta sopir yang kami sewa melalui Vietnam Budget Car Rental dimulai. Jarak tempuh dari pusat kota ke Vung Tau sekitar 2,5 jam, tergantung kepadatan lalu-lintas.

Jalanan di dalam kota Ho Chi Minh memang macet karena banyaknya motor lalu-lalang, namun menuju ke luar kota jalanan lebar, sepi, dan bersih. Akan tetapi simpang-siur kendaraan terutama mobil dan truck tetap dijumpai sekeluar dari pintu tol. Begitu sampai di Vung Tau, sopir menghentikan mobilnya di Back Beach, salah satu sisi pantai yang terkenal selain Front Beach. Di sini kami tidak bermain-main di air melainkan hanya jalan-jalan di pinggirannya saja. Pantai termasuk menarik, berpasir putih dan berombak, tetapi airnya berwarna hijau kecoklatan. Banyak orang yang meluangkan waktu di pantai dan sekitarnya, baik untuk berolah raga, bermain atau sekedar menghabiskan waktu. Setelah sekira satu jam, kami melanjutkan perjalanan menuju Patung Yesus (Jesus Christ's Statute) yang terletak berhadapan dengan Cape Saint James. Untuk menuju ke patung yang sangat besar ini kami harus menaiki sekitar 820 anak tangga. Di setiap beberapa anak tangga terdapat tempat pemberhentian di mana kita bisa duduk dan melihat pemandangan sekitar. Karena Cape Saint James dapat kami lihat dengan jelas dari bukit ini, maka kami putuskan tak mengunjunginya. Setelah sampai puncak, kita disuguhi pemandangan menakjubkan, selain patung Yesus, terdapat 2 meriam raksasa, jajaran kursi tempat duduk di bawah pepohonan, dan kita bisa menyapukan pandangan ke seluruh kota. Angin selalu berhembus membuat kita betah berlama-lama di area sekitar patung.


Setelah merasa puas kami turun dan langsung mencari makan siang. Sopir mengantarkan kami ke tempat makan yang sangat enak. Semua menu yang disajikan sangat cocok di lidah, baik itu sayuran, daging, ayam maupun ikan. Dari tempat makan ini, perjalanan kami berlanjut menuju White Palace. Namun, begitu sampai di tempat parkir, kami melihat ada cable car yang melintas di atas jalan raya. Spontan kami meminta sopir untuk menuju ke stasiun cable car dan tidak jadi mengunjungi White Palace. Rupanya, cable car tersebut adalah wahana menuju Ho May Park, taman hiburan terbaik di Vung Tau. Harga tiket per orang adalah 400.000 Dong atau sekitar Rp. 270.000. Jarak dari stasiun bawah menuju atas tidak terlalu jauh namun menyajikan pemandangan indah. Hamparan pasir di Front Beach, kapal-kapal, lautan, jajaran rumah di bukit serta bangunan-bangunan kota dapat dinikmati. Sampai di stasiun atas, kami langsung diantar menuju taman dengan menggunakan mobil gratis. Di taman ini tersedia berbagai macam taman bertema dan wahana permainan, namun karena pertimbangan waktu kami hanya menuju Taman Buddha saja. Dari taman ini, di perjalanan menuju stasiun cable car, kami berhenti di salah satu spot yang memang disediakan untuk melihat pemandangan kota. Dari spot ini, kota terlihat lebih jelas dibandingkan di puncak patung Yesus yang terhalangi banyaknya pohon kamboja. Tak lama kemudian kami langsung turun karena sopir telah menunggu dan perjalanan kembali ke Ho Chi Minh harus segera dilakukan sebelum jalanan sangat padat.

Sesampai di Ho Chi Minh, kami langsung menuju hotel dan beristirahat sebentar. Pada jam 7 malam kami jalan-jalan di sekitar hotel persis seperti malam sebelumnya. Jalanan sangat ramai apalagi menyambut Perayaan Natal. Kali ini kami berniat makan Banh Mi Huynh Hoa yang sangat terkenal. Setelah berjalan sekitar 10 menit, kami sampai di gerainya dan ternyata pembeli sudah antre. Banh Mi ini sangat terkenal dan memang enak sekali karena itulah pembeli datang dan pergi. Kami juga berencana ke Ben Thanh Market namun karena jalan sedang direnovasi akhirnya kami malah mengobservasi toko-toko penjual barang kelontong dari Jepang yaitu Miniso, Usupso, dan Minigood. Istri dan keponakan saya sibuk mencari pernak-pernik dan di setiap toko mereka membeli sesuatu. Dari ketiga toko ini saya dan istri, sebelum istirahat menyempatkan minum kopi di Highlands Coffee yang gerainya ada di depan hotel. Pagi harinnya kami bersiap menuju Cu Chi Tunnel, melalui Pioneer Tour and Travel. Perjalanan dimulai jam 8 pagi menempuh durasi kurang lebih 2 - 2,5 jam. Di Cu Chi kami diajak untuk mengeksplorasi hutan, bunker tempat bersembunyi Vietkong, dan terowongan bawah tanah. Pemandu tour kami baik dan lucu sehingga perjalanan sekitar 2 jam gak terasa. Tour diakhiri dengan menyaksikan film sejarah perang Vietnam. Dari Cu Chi kami harus menempuh 2 jam lagi menuju Ho Chi Minh. Namun kami minta berhenti di Pasar Ben Thanh. Di sini kami langsung wisata kuliner, tapi badan saya terasa agak sedikit masuk angin. Berusaha menacari obat/apotek tidak ketemu. Selepas makan kami masuk ke pasar hanya untuk melihat-lihat. Karena kondisi badan saya yang masuk angin, maka kami langsung menuju hotel di mana terdapat apotek di dekatnya. Saya langsung tidur setelah minum obat.

Malamnya badan saya sempat menggigil dan istri menyarankan untuk istirahat saja dan membatalkan perjalanan ke Nha Trang. Tapi saya bersikeras. Paginya, kami menuju stasiun dan melakukan perjalanan dengan kereta api dari Ho Chi Minh City menuju Nha Trang dengan waktu tempuh 7 jam. Saya tidur sepanjang perjalanan namun tidak juga mengurangi rasa penat dan demam. Kereta cukup lumayan, kursi bisa disandarkan, banyak penjual berbagai makanan dan minuman, tapi suara mesin terdengar cukup keras. Sesampai di Nha Trang kami jalan kaki menuju hotel. Jalanan di Nha Trang jauh berbeda dengan Ho Chi Minh, pengendara sepeda motor cukup disiplin dan sopan serta badan jalan lebih lebar. Jalan kaki dari stasiun ke hotel tidaklah lama, tapi karena badan saya masih kurang sehat saya pun milih tidur seusai dapat kamar di Queen 3 Hotel. Siang harinya, waktu kami gunakan untuk observasi pantai Nha Trang. Sangat jauh jika dibandingkan  dengan Vung Tau. Pantai di Nha Trang sudah lebih siap sebagai objek wisata. Areanya memanjang, pantaninya bersih, taman di sepanjang pantai tertata dengan baik sehingga memudahkan wisatawan untuk jalan-jalan, duduk, atau jogging. Hotel-hotel besar juga sudah bertebaran di pinggir pantai. Di ujung pantai terdapat taman wisata Vien Pearl yang mesti dituju dengan menggunakan cable car. Ho May Park di Vung Tau mungkin dibangun untuk menyerupai Vien Pearl ini, namun luasan dan jumlah wahananya masih kalah. Ya, hari itu kami memang hanya mengobservasi pantai, membeli lobster besar dan murah serta ke spa. Setelah itu kembali ke hotel dan persiapan perjalanan kembali ke Ho Chi Minh.

Kereta dari Nha Trang menuju Ho Chi Minh City berangkat pukul 22.50 malam dan tiba sekitar pukul 05.30 pagi. Hari itu kami gunakan waktu seharian untuk benar-benar beristirahat karena memang tidak bisa tidur nyenyak di dalam kereta api. Setiba di Pam Ngu Lao dari stasiun, kami mencari hotel yang menyediakan kamar kosong. Sebenarnya kami masih punya 1 voucher kamar hotel tapi baru bisa check in jam 12 siang. Akhirnya kami dapat hotel dengan kamar lumayan besar dan harga cukup murah. Jadilah kami hari itu istirahat total di kamar, hanya sesekali keluar untuk makan saja. Keesokan harinya kami menuju bandara untuk terbang ke KL dengan jadwal pukul 09.00. Sesampai di KL, saya pun juga langsung rehat di hotel sementara istri dan keponakan saya pergi jalan-jalan. Menjelang malam, istri dan keponakan saya kembali ke hotel dan kami harus berkemas karena keesokan harinya sekitar pukul 05.00 kami harus naik bus menuju bandara KLIA2. Pesawat kami berangkat pukul 09.00 dan tiba di Juanda Surabaya pukul 10.00. Sesampai di Juanda, kami makan dan ngopi sebentar kemudian keponakan saya naik taksi menuju Sidoarjo sementara saya dan Istri menuju stasiun Gubeng. Kami masih harus menunggu beberapa jam lagi karena kereta yang kami tumpangi berangkat pukul 16.30. Sampai di Jogja pukul 21.00 dan kami harus mengambil motor di parkiran baru lanjut menuju rumah. Sampai di rumah persis sekitar pukul 22.00 dan tenaga kami sudah habis. Sungguh perjalanan yang melelahkan apalagi harus terkena masuk angin. Lagi pula rute yang kami rencanakan memang kurang efektif. Benar-benar perjalanan yang dapat dijadikan pelajaran. (**)

No comments:

Post a Comment

Tegal, Semarang, Solo, dan Tahun Baru

  Liburan akhir tahun 2023, kami lalui dengan melakukan perjalanan kereta api dari Jogja menuju Tegal lanjut Semarang terus ke Solo dan kemb...