Saya mendapatkan tugas pelatihan di Beijing selama 3 minggu. Berangkat pada tanggal 11 Maret 2019 dengan Pesawat Garuda dari Jakarta transit di Denpasar dan mendarat di Beijing Capital International Airport pada tanggal 12 Maret 2019 pagi hari. Semua penumpang asing diwajibkan melakukan finger scan dengan menggunakan mesin otomatis sebelum ke pemeriksaan imigrasi. Suhu di Beijing pada bulan Maret masih cukup dingin dan berangin. Pada saat kedatangan, suhu berkisar antara 1-3 derajat Celcius. Meskipun bulan Maret dapat dikatakan musim dingin telah lewat namun hawa dingin masih sering menyelimuti. Agenda pelatihan di Central Conservatory of Music yang saya ikuti sangat padat mulai hari Senin sampai dengan Jumat. Waktu bepergian hanya tersedia hari Sabtu dan Minggu. Pada waktu ini pun kesempatan untuk menjelajah Beijing model backpacker tidak bisa dilakukan karena semua agenda bepergian telah diatur dengan baik dan saya beserta semua peserta pelatihan pergi kemanapun selalu diantar bus. Keinginan untuk naik transportasi publik terpaksa tidak bisa dilakukan. Jadi, tulisan ini hanya menjadi semacam laporan pandangan mata tentang beberapa atraksi wisata di Beijing saja.
Tempat pertama yang dikunjungi dan membuat saya senang adalah Great Wall atau Tembok Besar China yang terkenal itu. Kami naik dari pos Badaling yang tidak terlalu jauh dari kota Beijing. Anak tangga yang mesti dilalui dari pos ini lumayan curam. Namun setelah 2 pos, jalanan cukup landai. Pemandangan dari puncak (pos) sangat menawan dan barisan tembok dari sisi lain juga kelihatan. Bagi penyuka wisata alam pasti akan senang berkunjung ke Tembok Besar karena memiliki tantangan tersendiri, bahkan bagi wisatawan lokal. Para pendaki tembok yang berhasil sampai pos puncak (paling atas) mendapat julukan pahlawan dan berhak atas sertifikat yang tentu saja harus dipesan dan berbayar. Artinya, julukan pahlawan itu memang hanya disematkan sebagai penarik wisatawan semata karena yang dijual sesungguhnya adalah souvenir ukiran bambu berbentuk prasasti bertuliskan nama pengunjung dan keterangan telah mendaki Tembok Besar. Setelah waktu dirasa cukup, rombongan bergerak menuju Beijing Olympic Park. Sebuah taman di seputar stadion megah yang pernah digunakan dalam Olimpiade tahun 2008. Stadion yang disebut sebagai Bird's Nest atau sarang burung ini bisa menampung ratusan ribu penonton. Di area sekitarnya dibangun taman menarik bertemakan sport dan telah menjadi salah satu atraksi yang wajib dikunjungi. Pengunjung dapat berjalan kaki atau mengitari area dengan menggunakan kereta wisata. Yang paling ramai di sini bagi wisatawan Indonesia adalah toko oleh-oleh di bagian pojok depan di mana penjualnya bisa berbahasa Indonesia dan menerima rupiah sebagai pembayaran.
Lokasi menarik yang saya kunjungi lainnya adalah Temple of Heaven, sebuah kuil upacara persembahan surga pada masa Dinasti Ming dan Qing. Kuil ini terletak di Distrik Chongwen dan merupakan kuil persembahan terbesar. Areanya sangat luas sehingga dalam sekali kunjungan tidak semua area bisa dijelajahi. Ikon yang paling terkenal di lokasi ini adalah Hall Prayer of Good Harvest atau aula untuk berdoa sebagai rasa syukur atas panen yang baik. Banyak sekali pengunjung di kuil ini terutama pada saat akhir minggu dan hari libur nasional China. Bagi penggemar bangunan atau arsitektur kuno, kunjungan ke kuil ini sangat menarik. Tidak kalah serunya dari kuil yang luas ini adalah Forbidden City atau Kota Terlarang. Sebuah kota kerajaan yang khusus ditempati oleh keluarga kerajaan beserta stafnya. Area kota terlarang yang juga merupakan peninggalan Dinasti Ming dan Qing ini sangatlah luas, memerlukan waktu 2 hari untuk mengunjungi setiap ruang yang ada. Di depan Kota Terlarang terdapat Lapangan Tiananmen yang terkenal itu. Di seberang lapangan terdapat tembok besar sebagai pagar atau batas area di mana rakyat zaman dahulu diperkenankan beraktivitas. Di lokasi ini pengunjung lebih banyak, bisa mencapai ribuan. Pada saat ini di sebelah kanan Kota Terlarang terrdapat gedung parlemen yang secara gurauan orang lokal dianggap sebagai kota terlarang baru. Di sisi lain terdapat National Museum of China dan di sekitar lapangan berdiri Monumen to The People's Heroes dan juga berdiri Memorial Hall untuk mengenang Mao.
Selain kuil dan bangunan bersejarah, saya juga mengunjungi Capital Museum yang merupakan salah satu museum sejarah seni budaya penting di Beijing. Bangunannya sangat modern dan koleksi benda seni bersejarah di dalamnya sangat lengkap dan saya paling tertarik dengan ruang khusus patung-patung Buddha. Gedung modern lain yang juga sangat menarik adalah National Grand Theater yang pada masa ini dikenal sebagai National Centre For The Performing Arts. Sebuah gedung pertunjukan yang memiliki beberapa auditorium untuk menggelar pertunjukan-pertunjukan besar, baik itu musik, opera, maupun tari. Bentuk bangunan setengah lingkaran dengan dinding luar dari kaca yang dikelilingi kolam air ini sangat menarik. Interior di dalamnya pun tidak kalah hebat. Di dalam gedung, sebagai dukungan terdapat perpustakaan, kafe, toko, dan ruang pameran. Satu lagi tempat gelaran seni yang tidak boleh dilewatkan adalah Site 798. Sebuah area di mana terdapat banyak galeri dari berbagai negara serta tempat memajang karya seni rupa 3 dimensi di sekitarnya. Lokasi ini merupakan bekas pabrik yang ditata ulang menjadi lokasi wisata khusus seni. Sangat menyenangkan berjalan di area ini. Hawa yang lumayan dingin seolah membawa perasaan pengunjung untuk berada di salah satu kota di Eropa.
Berkunjung ke Beijing kurang lengkap katanya kalau tidak belanja. Banyak lokasi belanja murah di Beijing dan saya memiliki kesempatan untuk mengunjungi 3 tempat yaitu Qianmen Street, Hongqiao Market, dan Nanluogoxiang. Jalan Qianmen merupakan jalan bagi pedestrian. Sepanjang jalan dan di gang kanan dan kiri berderet toko penjual souvenir, fashion, tas, sepatu serta tentu saja makanan. Lokasi berada di sebelah lapangan Tiananmen. Area Qianmen sangat luas dan dipastikan melelahkan kaki jika harus menjelajah semuanya. Barang yang ditawarkan banyak ragamnya dan harganya juga murah serta tentu saja bisa ditawar. Meski begitu, tidak sedikit pula toko yang menyajikan harga pas. Berbeda dengan Qianmen, Hongqiao Market yang terletak di seberang Temple of Heaven ini bangunannya lebih menyerupai mall meskipun tata letak dagangan di dalamnya memang seperti pasar modern. Pasar ini terkenal dengan jualan mutiaranya. Namun di sisi lain gedung terdapat banyak penjual souvenir dan elektronik. Harga di Hongqiao juga sangat murah asalkan kita tega untuk menawarnya. Umum diketahui tawaran yang mesti kita ajukan adalah 1/3 harga. Jika beruntung kita akan memperolehnya. Sementara itu Nanluogxiang hampir menyerupai Qianmen namun jalannya lebih sempit, areanya juga tidak begitu luas dengan jajaran bangunan khas China di kanan-kiri jalan sangat menarik. Di area ini banyak dijajakan makanan ringan. Bagi penggemar makanan ringan pasti lebih senang berada di sini, namun bagi tukang belanja barang kurang menguntungkan karena harga di lokasi ini terhitung tinggi.
3 Minggu berada di Beijing tidaklah terasa lama karena selain jadwal kegiatan padat dari pagi hingga malam, juga banyak lokasi dan atraksi menarik yang bisa dikunjungi selama ada waktu luang. Bulan Maret temasuk bulan yang baik untuk berkunjung karena sedang tidak berada dalam masa liburan nasional. Selain itu, pada akhir bulan bunga-gunga sakura dan magnolia mulai bermekaran di pinggir-pinggir jalan dan di taman-taman. Beijing, memiliki banyak taman kota yang bisa dikunjungi. (**)
Blog yang menarik, mengingatkan saya akan Great Wall, bagian yang nampak pada masa kini didirikan sejak pemerintahan dinasti Ming, mereka membangun kembali banyak bagian tembok dengan batu dan bata, dan sering memperpanjang jalurnya melalui daerah-daerah yang sulit.
ReplyDeleteSaya mencoba menulis blog tentang hal ini, semoga anda juga suka blog di https://stenote-berkata.blogspot.com/2018/10/beijing-di-great-wall.html