Tanggal 30 Desember 2018, saya dan istri menyempatkan diri pergi ke Macau dari Hongkong. Kami naik
Turbo Jet dari dermaga
Sheung Wan menuju
Outer Harbour Macau. Antrean tiket kapal sangat padat karena memang puncak musim liburan. Karena tidak sabar kami membeli dari calo seharga 200 HKD dari harga normal 186 HKD. Tentu saja agak mahal tapi segera bisa berangkat. Namun sebelum menuju kapal harus mengurus keimigrasian dulu karena mesti keluar dari Hongkong. Antre dan proses imigrasi tidak begitu ribet hanya diharuskan mengisi borang keberangkatan terlebih dahulu. Kapal berangkat setiap 15 menit sekali, jadi kita harus tahu dari
gate nomor berapa kapal kita berangkat. Turbo Jet merupakan agen perjalanan laut yang laris sehingga banyak staf dipekerjakan dan itu sangat membantu penumpang. Proses
check in ke kapal tidak terlalu lama. Setelah dapat nomor kursi dan menunggu sebentar, semua penumpang dipersilakan masuk ke kapal dan tak lama kemudian kapal berangkat. Cukup tepat waktu. Sesampai di dermaga tujuan, kami harus mengurus imigrasi dalam antrean cukup panjang namun lancar. Begitu selesai segera saja mencari peta dan informasi untuk menuju ke kota. Dari petugas informasi kami diberi tahu untuk naik bus umum nomor 3 menuju kota dengan membayar 6 HKD per orang secara tunai. Macau memang memiliki mata uang sendiri, namanya Pataca (MOP) namun pembayaran dengan Dollar Hongkong sangat diterima. Kami turun di Jalan Almeida Ribeiro Avenida persis di seberang
Largo do Senado atau Senado Square yang begitu terkenal. Hari itu ribuan pengunjung berdesakan menuju ke reruntuhan
Saint's Paul yang ikonik sehingga sepanjang jalan dari Senado Square penuh orang. Akibatnya, keindahan tempat itu menjadi berkurang. Padahal di area ini, jalan-jalan dan bangunan kebanyakan dipertahankan dari aslinya sehingga arsitektur Portugis abad 16 terlihat jelas. Tatanan rumah, gang, jalan yang sempit berkelok di sekitar bangunan berjejer membawa kita seolah-olah berada di kota perbukitan di Eropa. Menarik sekali untuk dijelajahi.
Dari Senado ke ST Paul kita bisa melihat
Igreja de S. Domingos sebuah bangunan gereja yang sangat indah, sayang untuk dilewatkan. Setelah belokan selepas gereja ini jalanan semakin sempit dan lumayan menanjak. Kanan-kiri sepanjang jalan berjajar toko penjual makanan dan souvenir. Setiap ada gang, banyak orang berhenti mengambil gambar karena memang setiap gang atau jalan kecil di antara bangunan ditata sedemikian rupa, dihiasi bunga-bunga dan jalan terbuat dari batu menggoda pengunjung untuk mengabadikannya. Kerumunan orang ini terus berlanjut menuju lokasi sehingga kita tidak bisa mengambil gambar utuh reruntuhan tersebut. Namun demikian, kehadiran ribuan turis ini justru menjadi pemandangan tersendiri dan membuat kita kreatif untuk mencari sudut pengambilan gambar alternatif. Di jalan sebelah kiri reruntuhan ini, di ujung jalan, terdapat
Kuil Na Tcha dan
Museu de Arte Sacra. Setelah merasa cukup di lokasi ini, kami melanjutkan jalan kaki ke
Monte do Forte, sebuah benteng pertahanan yang dibangun Portugis untuk menahan gempuran pasukan Belanda yang datang dari arah laut. Benteng ini masih berdiri kokoh meskipun 2 sudutnya sudah tidak utuh. Meriam peninggalan masih ada serta di atas benteng terdapat museum. Dari atas benteng ini kita bisa menyaksikan berbagai sudut kota. Jalan naik dan turun sudah ditata sedemikian rupa sehingga memudahkan pengunjung. Di lokasi ini tidak banyak turis karena semua fokus di reruntuhan ST Paul.
Perjalanan turun, kami ambil jalan lain yang sedikit curam namun tidak banyak orang. Sampai di jalan besar, kami ternyata ada di Rua do Campo dan tidak ada bus no 3 untuk mengangkut kami ke Dermaga. Kami mengambil jalan lain dan mengikuti arah panah ke Senado. Jalan-jalan kecil di sekitar lokasi ini sangat menarik karena berkelok, turun-naik dan di kanan-kiri jalan berderet bangunan unik dan toko aneka rupa jualan mulai dari barang branded sampai makanan kecil. Kami memang tidak merencanakan bermalam di Macao mengingat budget terbatas sementara harga lebih mahal dibanding Hongkong. Dari Senado kami kembali naik bus no 3 namun berhenti sebentar di halte depan
Grand Lisboa. Pemandangan di sini sangat menarik. Bangunan-bangunan hotel dan casino dapat disaksikan dari halte ini. Setelah puas mengambil gambar kami kembali baik bus menuju dermaga, Rua do Terminal Maritimo. Sesampai di dermaga mencari makan dulu sebelum membeli tiket Turbo Jet. Ternyata kami salah karena setelah makan dan menuju loket, banyak jadwal perjalanan yang sudah penuh. Terpaksa kami membeli tiket dengan jadwal 2 jam berikutnya dan itupun harganya sudah naik meskipun kita membeli di loket resmi. Ya, terpaksa harus membelinya atau balik ke Hongkong lebih malam lagi. Setelah menunggu sekitar 1 jam kami dipersilakan masuk ruang tunggu keberangkatan. Setelah cek tiket, proses imigrasi yang lancar dan juga tanpa stempel, kami masuk ruang tunggu. Namun ternyata, gate yang tertera di luar ruang tunggu salah sehingga kami harus menuju papan informasi lagi. Ya, gate keberangkatan ternyata dipindah dan dijadikan satu dengan penumpang kapal lain. Malam itu kapal terlambat karena cuaca laut kurang bersahabat dan oleh karenanya kapal diganti dengan yang berukuran besar. Kondisi kapal memang lebih lega dan lebih nyaman, namun perjalanan harus ditempuh selama 1 jam 30 menit (waktu normalnya sekira 1 jam). Mengunjungi Macau atau Macao memang tidak cukup hanya sehari, namun semua tergantung dari budget yang kita miliki.
Catatan: Loket tiket Turbo Jet di Sheung Wan sangat ramai, jadi perlu ketelitian dalam membeli. Perhatikan jadwal dan harga. Tiket bisa dibeli lewat loket, website, atau dengan mesin (pembayaran dengan kartu kredit) atau bisa juga dari calo (asalkan meyakinkan). Cuaca Macao pada bulan Desember juga dingin dan berangin. Perlu membawa peta lokasi wisata dan jalur bus untuk memudahkan perjalanan serta sediakan uang koin karena bus dibayar cash menggunakan koin atau uang kertas seharga 6 HKD sekali jalan jauh-dekat dan tanpa pengembalian.
No comments:
Post a Comment