26.12.18

Hongkong

Saya dan istri pergi ke Hongkong mulai tanggal 26 sampai dengan 31 Desember 2018. Hari pertama transit dan menginap di Kuala Lumpur, di hotel Tune KLIA2. Pada pagi harinya melanjutkan penerbangan jam 07.20. Lama penerbangan dari KL menuju Hongkong kurang lebih 4 jam. Sesampai di Hongkong langsung ikut antre imigrasi yang lumayan panjang, namun semua petugas imigrasi cekatan dalam mengatur tamu. Anehnya, paspor tidak diberi cap sebagai tanda masuk melainkan diberi secarik kertas kecil berisi info kedatangan yang harus kita simpan bersama borang kedatangan sampai nanti kita pergi meninggalkan Hongkong. Selepas imigrasi, tujuan kami pertama kali adalah menukarkan uang kemudian membeli kartu transportasi, Octopus Card seharga 150 HKD yang dapat dibeli di loket Airport Express. Ternyata kartu itu langsung habis digunakan sekali jalan dari Airport menuju Hongkong Central dan bahkan kita dihitung berhutang 10 HKD. Jadi sesampai di Central kita harus top up lagi sekaligus membayar hutang itu.  Karena waktu yang diperlukan dari mulai turun pesawat hingga sampai Central cukup lama, maka kami memutuskan langsung menuju penginapan di Ah Shan Hostel, Mongkok.

Sekeluar Stasiun Mongkok kami mencari makan siang, membeli air minum dan makanan ringan sebelum masuk penginapan. Proses menuju penginapan sangat mudah karena pihak hostel telah memberikan map via email dan pada saat pesan via website. Ah Shan Hostel terletak di dalam Gedung Sincere House lantai 14. Ruang resepsionis mudah ditemukan dan proses check in sangat cepat. Begitu dapat kamar yang kecil tapi bersih, kami sepakat untuk istirahat karena waktu istirahat di KL kurang. Setelah itu kami jalan kaki menuju Ladies Market di mana banyak gerai penjual souvenir berjajar dan Mongkok Computer Center untuk sekedar melihat gadget dan sekaligus membandingkan harga belinya di Jogja. Tidak berapa lama, kami melanjutkan perjalanan dengan menggunakan MTR (Mass Transit Railway) menuju Tsim Sha Tsui dan mengambil pintu keluar Tsim Sha Tsui East. Dari pintu ini kita bisa langsung menuju pinggiran pantai dan jalan sepanjang pantai menuju Avenue of Stars. Namun sayang, area pejalan kaki sedang diperbaiki jadi harus mengambil jalan sedikit melingkar. Tujuan kami adalah menyaksikan Symphony of Lights (pertunjukan cahaya). Tetapi karena waktunya masih sore kami sepakat untuk mengobservasi sekaligus mencari makan di area Nathan Road dan sekitarnya. Sehabis makan, kami langsung menuju lokasi Avenue of Stars dan menyaksikan pertunjukan cahaya yang cukup menyenangkan sebelum kembali ke penginapan untuk beristirahat.

Pagi hari kami mencari sarapan di sekitar hotel dan menemukan warung dimsum yang murah dan enak. Setelah itu langsung menuju stasiun dengan tujuan akhir di Tung Chung yang terletak di Pulau Lantau. Dari stasiun ini kami jalan kaki ke menara Cable Car Ngong Ping 360. Antrean lumayan panjang dan kami berada di jalur pembeli tiket on the spot. Kami memilih paket 360 Tai O Pass dengan harga 315 HKD per orang dan mendapatkan fasilitas cable car pp, bus gratis ke dan dari Tai O Village, naik boat keliling kampung nelayan Tai O, serta voucher snack seharga 20 HKD per orang. Perjalanan dari Tung Chung ke Ngong Ping dengan cable car sangat menyenangkan karena kita disuguhi pemandangan indah tampak atas. Bukit, gedung, pantai, jembatan, bandara, dan track untuk hiking dapat kita saksikan sepanjang 25 menit perjalanan. Sesampai di Ngong Ping, saya dan istri mengobservasi sebentar kawasan wisata itu dan selanjutnya menuju terminal bus yang akan mengantarkan ke kampung Tai O. Bus nomor 21 siaga satu jam sekali dan perjalanan menuju lokasi kurang lebih 20 menit. Setelah turun dari bus kami berjalan kaki mencari loket untuk naik boat. Cukup mudah mencari dermaga boat dengan mengikuti petunjuk arah yang ada.


Boat tidak menunggu penumpang penuh, begitu dikira cukup langsung berangkat. Pemandangan rumah-rumah kampung nelayan berlatar perbukitan sangat menarik. Boat berjalan pelan menyusuri perkampungan air itu. Setelah beberapa saat, boat menuju laut lepas sehingga kita bisa menyaksikan kampung dan perbukitan dari sisi laut. Tak lama kemudian boat balik ke dermaga dan semua penumpang turun. Saya dan istri melanjutkan berjalan kaki mengitari kampung. Suasana perkampungan sepi dan bersih. Banyak berjajar penjual makanan dan souvenir tapi sayang warung tempat penukaran voucher snack tutup sehingga harus keluar uang untuk membeli makanan ringan. Dari kampung ini kami melanjutkan perjalanan dengan bus kembali ke Ngong Ping dan waktunya untuk menuju Tian Tan Buddha serta Po Lin Monastery.


Tian Tan Buddha merupakan patung Buddha duduk terbuat dari perunggu terbesar di dunia. Untuk menuju ke patung ini kita harus menaiki ratusan anak tangga. Sesampai di pelataran di mana patung berada, kita bisa menyapu pandangan ke seantero Lantau. Tidak lama di sini, kami menuju ke Monastery yang sangat megah. Pintu masuk area, pelataran, dan jalan ditata sedemikian rupa sehingga kesan megah dapat dengan jelas disaksikan. Bangunan Monastery begitu mewah untuk dilihat namun ruangan-ruangannya tidak boleh dengan bebas dimasuki karena digunakan untuk sembahyang. Mengingat waktu sudah sore kami segera kembali ke stasiun cable car dan menuju ke Tung Chung. Hari ini kegiatan berakhir dengan kegiatan jalan-jalan di sekitar Jordan yaitu di Temple Street Night Market dan Bowrington Road Market. Pada malam harinya kami lanjut menyusuri sekitar Mongkok di Sneakers Street dan Dundas Street di mana gerai makanan berjajar.

Keesokan harinya kami mencari sarapan dan mengunjungi pasar pagi di jalan  Fa Yuen. Pasar pagi yang menjual aneka buah serta barang dagangan lain seperti pakaian dan peralatan rumah tangga. Pagi itu kami berencana ke Macao namun karena kelelahan kami batalkan dan mengubah rencana ke daerah Central. Setelah sarapan Dim Sum, kami kembali ke hotel dan rehat serta berencana pergi agak siang. Suasana pagi di area sekitar stasiun Mongkok sangat menyenangkan. Banyak penjual makanan yang sudah buka dan lapak-lapak pasar sudah mulai disiapkan. Bangunan flat atau rumah susuh berderet sepanjang jalan dan umumnya lantai terbawah digunakan sebagai toko, gerai atau bahkan mall. Hampir semuanya begitu  di wilayah Kowloon. Sarapan sambil berjalan atau berdiri di sudut jalan juga sangat menyenangkan. Pagi hari tidak banyak orang bergegas namun kota sudah memulai aktivitasnya.


Sekitar jam 11-an kami menuju Stasiun Central dari Mongkok. Sampai di stasiun tujuan kami keluar melalui pintu J dan langsung menuju ke lokasi. Ya, hari ini kami mau naik Peak Tram yang terkenal itu. Sesampai di lokasi, Garden Road, antrean sangat panjang. Banyak sekali pengunjung. Butuh 2 jam untuk mengantre, dengan berdiri tentunya, hingga sampai ke loket penjualan tiket. Kami memesan paket tram dengan Sky Terrace 428 seharga 99 HKD per orang. Tak berapa lama, giliran kami untuk naik ke tram yang terdiri dari 2 gerbong memuat ratusan penumpang. Peak Tram ini berjalan naik-turun dari dan menuju ke puncak bukit yang disebut The Peak. Perjalanan dari bawah menuju ke atas hanya sekira 8 menit. Sesampai di stasiun atas, kita bisa langsung keluar menuju halaman atau langsung lanjut jalan kaki ke puncak gedung. Kami langsung menuju ke atas karena telah membeli tiketnya dan begitu sampai puncak gedung dan keluar di terasnya, kita bisa menyaksikan Hongkong dari ketinggian. Sungguh pemandangan yang sangat indah, meski angin bertiup kencang dan udara sangat dingin, namun apa yang disuguhkan sungguh menawan. Kami meluangkan waktu lumayan lama di teras ini dan baru turun setelah benar-benar merasa kedinginan. Perjalanan turun dari puncak gedung menuju stasiun tram juga harus melalui antrean panjang. Selain itu, antrean di puncak bermula dari luar gedung sehingga terpaan udara dingin sangat terasa. Untung saja kami tidak dapat antrean terbelakang, jadi tak begitu lama sudah sampai ke tram yang mengantar kembali ke Garden Road. 


Dari jalan ini kami menyeberang dan tertarik untuk naik
Tram yang begitu melegenda di Hongkong. Transportasi umum nan murah ini sudah ada sejak lama dan harga jauh-dekatnya cuma 2.60 HKD. Kami naik asal saja dan turun di daerah Wan Chai. Hampir sama meski tak seramai Tsim Sha Tsui atau Mongkok, banyak orang berjalan-jalan dan belanja di area ini. Kami hanya sebentar jalan, membeli snack dan buah untuk kemudian naik Tram dan menuju ke Central. Tujuan berikutnya adalah kembali ke Tsim Sha Tsui dengan naik Star Ferry. Dari halte Tram kami jalan kaki menuju dermaga, melewati sebuah lorong penyeberangan yang ternyata menjadi tempat liburan para tenaga kerja baik dari Indonesia maupun Philippina. Mereka berkumpul, makan bersama dan saling bercanda sambil menggelar kardus. Setelah lorong penyeberangan harus lanjut melewati jembatan penyeberangan. Dermaga berada di ujung penyeberangan dan merupakan pintu masuk ke deck 2. Rupanya sudah banyak yang antre untuk menyeberang. Star ferry ini juga sangat murah harganya. Menyeberang laut dari Central menuju ke wilayah Kowloon pada malam hari sangat menyenangkan karena dapat menyaksikan gedung-gedung menjulang tinggi penuh dengan hiasan lampu.

Malam itu kami kembali berencana menyaksikan Symphony of Lights yang kebetulan ada program spesial dengan permainan kembang api. Dengan sabar saya dan istri menunggu di anjungan dekat dermaga Tsim Sha Tsui, lokasi di mana musik pengiring permainan cahaya itu diperdengarkan. Banyak sekali orang namun ada yang betah menunggu dan tidak. Menjelang pertunjukan cahaya dimulai, orang saling berdesakan mendapatkan tempat untuk mengambil gambar atau video. Benar sekali, malam itu pertunjukan sangat indah karena musik terdengar dengan jelas dan juga permainan cahaya antara gedung satu dengan yang lain plus kembang api terlihat begitu sempurna di langit malam yang gelap. Pertunjukan selama 10 menit itu benar-benar menarik. Kami merasa puas menyaksikan pertunjukan itu. Dalam perjalanan kembali ke hotel kami mampir sebentar untuk sekedar melihat-lihat di
1881 Heritage, sebuah hotel klasik yang begitu megah, sebelum menuju ke stasiun. Sesampai di hotel kami langsung rehat karena esok paginya mau pergi ke Macao. 

Pagi hari sebelum menuju dermaga Turbo Jet arah Outer Harbour Macau, kami mencari sarapan di sekitar
World Wide Plaza yang ternyata merupakan plaza khusus untuk tenaga kerja. Ratusan orang berkumpul di plaza dan sekitarnya untuk berbagai keperluan; membeli pulsa, mengirimkan uang, berbelanja, dan kebutuhan sosial lainnya. Selain itu orang-orang juga berlalu lalang di jembatan penyeberangan sekitar plaza. Aktivitas orang-orang ini sangat menarik untuk diamati. Akan tetapi kami tidak bisa berlama-lama karena harus mengejar kapal ke Macau.


Malam terakhir di Hongkong sepulang dari Macao tidak banyak aktivitas kecuali top up Octopus Card kami yang sudah minus, makan malam, packing dan tidur. Pagi harinya kami menuju Bandara dan memilih jalur MTR dari Mongkok menuju Lai King, ganti kereta menuju Tsing Yi dan ganti lagi ke Airport Express. Kami pikir bahwa ketika keluar dari stasiun kereta di airport harus membayar karena jumlah uang di kartu Octopus sudah tidak mencukupi. Ternyata tidak, kami dapat keluar dengan bebas dan di kartu hanya tertera minus 27 HKD. Artinya, kalau satu saat kami datang lagi ke Hongkong dan menggunakan kartu yang sama maka 27 HKD itu harus dilunasi ketika melakukan top up. Konter check in Air Asia ada di terminal 2 sehingga kami keluar melalui pintu sebelah kanan. Aneh, di bandara megah ini tidak ditemukan mesin check in sehingga harus dilakukan secara manual. Proses check in tidak begitu lama namun proses dari terminal 2 ke terminal 1 (keberangkatan) sangat menarik. Kami harus naik kereta yang disebut sebagai people mover menuju terminal 1, gate keberangkatan nomor tertentu. Dari pemberhentian ini harus naik people mover lagi menuju gate terakhir yang merupakan gate untuk penerbangan murah. Papan penunjuk selalu tersedia dan mudah untuk ditemukan, jika pun keliru ada petugas yang siap untuk ditanyai. Proses imigrasi untuk kepulangan juga tidak ribet tinggal mengisi departure card tetapi dapat juga menggunakan card yang pertama kali kita isi waktu masuk, jika masih kita simpan. Pemeriksaan paspor 2 kali, pertama dari petugas maskapai dan kedua dari petugas imigrasi. Semua berjalan lancar dan cepat. Sip!!

Catatan: Bulan Desember di Hongkong memang merupakan waktu yang tepat untuk berkunjung, namun suhu bisa sangat dingin antara 10-17 derajat celcius di malam hari plus angin yang seringkali bertiup. Siapkan pakaian hangat karena banyak juga pengunjung yang mengira udara tidak begitu dingin sehingga mengenakan pakaian musim panas. Gunakan MTR (kereta) untuk efektifitas perjalanan di dalam kota dan Bus besar untuk tujuan-tujuan tertentu. Siapkan juga peta wisata karena itu akan sangat membantu. Hongkong tidak memerlukan visa dan paspor tidak akan distempel, tanda kedatangan dan ijin tinggal hanya berupa secarik kertas kecil, harap simpan dengan baik sampai kepulangan. Rencanakan perjalanan dengan baik dan pilih lokasi wisata sesuai budget serta kesediaan tenaga karena hampir dipastikan kita akan banyak jalan kaki.

No comments:

Post a Comment

Vietnam: Hoi An

Perjalanan saya dan istri ke Hoi An dimulai dari stasiun kereta api Hue pada 20 Juni 2024 menuju stasiun Da Nang dan dari Da Nang lanjut men...