25.12.17

Kathmandu Nan Klasik dan Religius Berbanding Pesona Alam Pokhara

Mendengar nama negara Nepal mesti membayang pegunungan dan lokasi eksotis sekaligus sangat sulit dijangkau. Namun beberapa tahun belakangan banyak penerbangan dari dan menuju Nepal berbiaya murah. Saya dan istri pergi menggunakan Airasia untuk perjalanan 5 hari 4 malam mulai tanggal 24 Desember 2017. Untuk memudahkan kunjungan kami mencari informasi di website dan menemukan tour and travel yang sangat baik, membantu serta memberikan tawaran rute menarik dengan harga ramah kantong yang bernama Holidays to Nepal. Pengurusnya bernama Pak Santosh Shrestha yang dapat dihubungi via WA +9779849855872 dan akan menjawab setiap pertanyaan Anda mengenai wisata di Nepal. Ketika kami datang di Tribuvhan International Airport, Pak Santosh sudah menunggu di area parkir. Kemudian kami diantar menuju Shree Tibet Family Guest House (hotel ini tidak dalam satu paket tur) di kawasan wisatawan Thamel oleh koleganya yang bernama Deepak. Sopir yang cukup ramah dan informatif. Setelahnya, kami gunakan waktu untuk membicarakan jadwal perjalanan dan semua keperluan serta mengeksplor kawasan Thamel. Tidak lupa kami langsung mencoba makanan khas yaitu Momo. Makanan serupa dimsum yang berisi daging ayam, lembu, atau sayuran dan dapat dimasak tim, goreng atau separo tim dan goreng. Untuk makan malam kami mencoba daging panggang dengan Naan di Resto Hotel Mandap. Tempat ini kami pilih karena menyajikan live music yang menarik. Malam itu Thamel sangat ramai dan meriah karena malam Natal. Banyak acara digelar baik di pinggir jalan ataupun di cafe, resto dan bar. Selepas makan malam kami jalan sedikit dan mencari kue kering serta air mineral untuk bekal sarapan karena esok hari, pagi-pagi sekali kami harus melakukan perjalanan darat menggunakan bus ke Pokhara.

Perjalanan ke Pokhara menggunakan tourist bus Land Himalayan dijadwalkan berangkat pagi pukul 07.00 sehingga kami harus sampai ke pemberhentian bus di Kantipath sebelumnya. Hawa sangat dingin dan kami harus jalan kaki sekira 10 menit untuk menuju lokasi pemberangkatan. Terminal ini hanya khusus untuk bus wisatawan. Banyak bus parkir berurutan. Kami harus mencari dan bertanya letak bus yang akan kami naiki. Akhirnya ketemu juga dan masih ada sedikit waktu untuk membeli roti buat sarapan. Kualitas bus cukup baik digunakan untuk jalanan sempit, berliku, naik-turun pegunungan, dan bergelombang. Pemandangan sepanjang perjalanan juga sangat mengasyikkan. Kita bisa melihat lembah, ngarai, sungai, jurang, gunung-gunung, kampung, tempat ibadah dan juga kota-kota kecil. Bus berhenti 2 kali untuk sarapan dan makan siang. Total perjalanan Kathmandu-Pokhara kami tempuh 9 jam dan sampai di terminal jam 16.00 sore. Begitu turun kami sudah dijemput oleh sopir bernama Santosh. Anak muda yang lumayan ramah, namun sedikit kurang komunikatif terutama dalam bahasa Inggris. Kami diantar menuju Hotel Pokhara Batika. Hotel bintang 3 yang bagus dan terletak di pinggir Danau Phewa. Resepsionis dan semua staf di hotel ini sangat ramah. Selepas rehat sebentar, kami mencoba berjalan kaki sepanjang pinggiran danau yang pada malam itu tanggal 25 desember terdapat banyak bazaar. Kami membeli sate daging lembu yang dijajakan di pinggir jalan dengan harga sangat murah dan mampir di Maya Resto untuk memesan momo isi sayuran dan roti naan mentega. Lumayan enak. Dengan perut cukup terisi kami melanjutkan jalan kaki, membeli peta  dan buku masak sebelum akhirnya kembali ke hotel. Malam itu kami segera rehat karena harus bangun pagi-pagi sekali untuk menikmati sunrise di Sarangkot.

Santosh menjemput kami jam 5.30 pagi. Ia mengajak serta istri dan anak laki-lakinya yang berusia 2 tahun. Perjalanan ke Sarangkot tidak memakan banyak waktu. Jalanan cukup berliku dan menanjak. Kami menuju view point pertama yang merupakan tampat tertinggi di bukit itu. Dari parkiran kami harus jalan kaki sekira 10 menit untuk sampai puncak. Lelah terbayar karena memang pemandangannya sangat cantik. Di lokasi inilah kami menunggu matahari terbit dan menyaksikan sinarnya menyentuh puncak Annapurna, Machapuchare, Manaslu, dan Dhaulagiri, gunung-gunung tinggi yang bagian atasnya bersalju. Sungguh sangat indah karena sinar mentari saat fajar membuat puncak gunung itu berwarna campuran keemasan, merah muda dan putih mengkilat. Sementara di arah sebaliknya kita bisa menyaksikan matahari menampakkan dirinya. Pagi itu langit bersih  sehingga kemunculan matahari benar-benar sempurna. Perubahan warna cahaya dan proses kemunculan matahari hingga membentuk lingkaran nampak begitu jelas. Banyak orang berdoa saat terbitnya mentari, terutama penduduk lokal. Saya pun ikut berdoa. Sungguh, atraksi wisata yang recommended. Kami puaskan diri untuk memandangi keindahan karya Tuhan ini. Ratusan gambar pun terekam di kamera kami. Ketika jam menunjuk pukul 7.30 kami turun kembali ke parkiran dan rehat sebentar untuk menikmati kopi susu panas. Tak lama kami menuju ke Seti Gorge, sebuah terowongan air yang dbangun di atas sungai. Di sini kami bertemu seorang Brahmana yang memberikan doa pengharapan pada pengunjung yang rela.  Lokasi wisata ini tidak begitu luas, tamannya tidak begitu indah dan kurang menarik untuk dikunjungi dalam waktu lama. Jadi, kami hanya sekedar mampir saja. Dari terowongan air ini kami menuju hotel sekalian Santosh mengantar istri dan anaknya pulang.  Sesampai di hotel kami sarapan, mandi dan rehat untuk menunggu acara berikutnya.

Jam 10.45 sopir menjemput. Tetapi kali ini bukan Santosh melainkan Vishnu. Ia memiliki kemampuan bahasa Inggris yang lebih baik sehingga memberi kami cukup informasi. Kami diantar menuju tujuan pertama yaitu International Mountain Museum. Letak museum tidak terlalu jauh dari kota. Pemandangan luar area museum sangat menarik karena berlatar belakang pegunungan berpuncak salju. Area dalam gedung sangat luas dan dibagi menjadi 3 ruang besar. Pertama adalah ruang berisi data, foto, dan replika kehidupan manusia gunung. Kedua ruang yang berisi data dan gambar gunung-gunung tertinggi di dunia. Ketiga adalah ruang yang berisi peralatan atau teknologi untuk hidup di gunung. Di lantai atas terdapat foto suku-suku yang hidup di Nepal serta replika ruang ibadah agama Buddha. Secara keseluruhan museum ini menarik sebagai wisata edukasi.

Selesai di museum tujuan kami berikutnya adalah Devi’s Fall. Air terjun ini diberi nama Devi karena pernah ada seorang wisatawan Swiss yang terjatuh, meninggal dan bernama Devi. Mungkin karena itu pula pinggiran air terjun ini diberi pagar besi sekarang. Sayang, kami datang pada saat musim kering sehingga sungai dan air terjunnya kurang deras. Di pelataran sebelum menuju air terjun terdapat kolam harapan. Kolam kecil berbentuk lingkaran. Di dalamnya, tepat di tengah, terdapat patung dewa. Wisatawan boleh membisikkan harapannya, kemudian melemparkan koin ke tengah kolam. Dipercayai jika koin yang dilempar jatuh di tangan atau singgasana sang dewa harapan akan terkabul. Banyak orang mencoba dan kebanyakan gagal. 100 meter dari lokasi ini, di seberang jalan terdapat Gua Gupteshwor Mahadev. Gua ini sangat besar dan dalam. Di ujung gua kita bisa menyaksikan air terjun dan sungai bawah tanah. Lagi-lagi karena sedang musim kering, maka air terjun dan aliran air sungai kurang deras meski masih bisa disaksikan. Di mulut luar dan dalam gua terdapat kuil untuk umat Hindu berdoa. Di lokasi ini sudah terdapat tangga yang baik untuk membantu pengunjung menuruni gua. Tetapi beberapa tangga di dalam gua sedang dibenahi. Gua ini adalah akhir wisata kami hari itu secara paket. Vishnu menawarkan untuk mengantarkan kami ke lokasi menarik lain dengan upah tambahan. Kami sepakat dan langsung menuju ke Shanti Stupa.

Lokasi stupa yang disebut pula sebagai World Peace Pagoda berada di puncak bukit. Kondisi jalan sudah lumayan bagus. Dari parkiran kami harus melanjutkan jalan kaki mendaki. Tidak jauh sebenarnya, namun karena telah naik-turun di Sarangkot dan turun-naik di Gua Mahadev kami lumayan kecapekan. Pelan-pelan dan banyak istirahat kami lakukan untuk menuju puncak. Tepat beberapa puluh tangga menuju stupa, kami menyaksikan pemandangan luar biasa. Danau Phewa dan Kota Pokhara dari ketinggian. Sungguh menakjubkan. Kami mengambil banyak gambar di sini. Hal yang sama kami temui ketika sampai di puncak. Stupa atau pagoda berwarna putih megah berdiri dengan pelataran berupa taman luas. Dari sini pun kita bisa menyaksikan danau dan kota. Masuk ke lokasi ini sama sekali tidak dikenakan biaya. Akan tetapi kita diminta untuk tenang ketika berada di area pagoda. Terdapat 2 jalan menuju pagoda ini. Pertama dari jalan raya yang kami tempuh dan yang kedua dari danau Phewa. Jalur danau ditempuh dengan menyewa perahu. Sesampai di kaki bukit dilanjutkan dengan jalan kaki. Mungkin akan melelahkan, namun pemandangan sesampai di puncak sungguh menawan. Pagoda inilah akhir tujuan tur kami hari itu. Sopir mengantarkan kami kembali ke hotel.

Kami hanya sebentar di hotel untuk sekedar rehat. Petualangan yang kami tunggu telah tiba yaitu naik perahu. Kami menyewa perahu beserta pendayungnya selama 1 jam seharga 580 Rupee. Perahu kami berjalan pelan dan pasti menuju pulau di tengah danau di mana kuil Hindu berdiri. Banyak sekali pengunjung. Dari pulau ini kita bisa melayangkan pandang ke berbagai sisi danau beserta latar belakangnya. Sangat menarik dan membuat betah. Namun, karena dibatasi waktu hanya 1 jam, kami langsung menuju ke perahu dan diantar kembali ke tepi. Kami lanjut berjalan kaki menyusuri danau. Sungguh sangat menyenangkan berjalan di sekitar danau. Banyak wisatawan meluangkan waktunya di sini. Mereka sekedar duduk, ngobrol sambil makan dan minum serta berfoto. Menjelang gelap, kami menuju hotel sekaligus mencari makan malam dan beberapa souvenir. Pokhara sungguh kota yang indah dan layak untuk dikunjungi.

Pagi hari, jam 8.30 kami bersiap diri hendak menuju airport. Santosh kembali menjadi sopir kami pagi itu dan dengan segera ia mengantarkan kami. Setelah saling mengucap terimakasih, kami langsung masuk ke dalam bandara. Pokhara Airport sangat kecil, namun pagi itu penumpang sangat ramai. Konter check-in hampir semuanya dilayani secara manual dan dibuka 1 jam sebelum keberangkatan. Hari itu kami memang memilih menggunakan pesawat menuju ke Kathmandu karena masih ada agenda wisata yang harus kami jalani. Simrik Airlines adalah nama perusahan penerbangan yang dipesankan oleh Holidays to Nepal untuk kami. Pesawatnya berpenumpang sekitar 19 orang termasuk 1 orang pramugari. Simrik cukup tepat jadwal. Penerbangan dari Pokhara ke Kathmandu kira-kira 30 menit. Menarik juga naik pesawat kecil dengan suara mesin yang cukup kencang terdengar. Menaiki pesawat berbaling-baling yang tidak dapat terbang tinggi ini justru  pemandangan di bawah dan sejajar mata nampak jelas. Sayangnya, kaca jendelanya sudah menguning. Klasik. Karena asyiknya menyaksikan pemandangan selama penerbangan, waktu serasa cepat dan kami sudah segera siap mendarat.

Sampai di area parkir bandara domestik, sopir sudah menunggu dan langsung mengantar kami ke Patan Durbar Square. Jalan cukup macet, berdebu namun masih bisa dikatakan lancar. Masuk ke lokasi wisata ini dikenakan 1000 Rupee atau 10 US Dollar untuk wisatawan asing. Harga yang cukup masuk akal karena kompleks bangunan bersejarah yang dahulunya merupakan tempat tinggal keluarga kerajaan ini sangatlah menarik dikunjungi. Tiket tersebut digunakan untuk masuk ke gedung kerajaan dan ke museum. Bangunan kuno dengan arsitektur khas ini menyajikan nilai sejarah dan filosofi yang tinggi. Kami betah mengobservasi seluruh area yang diperbolehkan untuk dimasuki. Di sini kita mendapatkan informasi cukup mengenai arsitektur dan sejarah Raja Malla. Sisi bangunan lain digunakan sebagai museum yang menyajikan ragam artefak kerajaan Buddha-Hindu yang lengkap. Di area luar atau sekitar bangunan utama terdapat banyak kuil yang kebetulan saat itu sedang dipugar. Berada di lokasi wisata ini sepertinya kita terlenting ke masa lalu. Sungguh tempat yang menarik dan pantas saja jika dilindungi oleh UNESCO.

Dari Patan, kami diantar menuju ke Boudhanath Stupa. Perjalanan dari Patan tidaklah terlalu jauh namun harus menghadapi beberapa titik kemacetan. Namun sopir sangatlah cekatan dan tahu benar jalan tembus. Bahkan ia memilih lokasi parkir yang agak jauh dari Stupa. Kemudian ia mengantar kami jalan kaki sebentar melalui gang untuk kemudian menunjukkan letak Stupa di seberang jalan. Efektif. Setelah memasuki gerbang, membayar tiket 400 Rupee per orang kami langsung disuguhi pemandangan luar biasa. Tidak hanya Stupanya yang besar dan putih bersih, namun juga lingkungan sekitarnya. Tertata bersih dengan bangunan-bangunan bertingkat seperti di Eropa. Ternyata banyak sekali penganut Buddha dari berbagai bangsa dan negara yang datang untuk melakukan ritual. Mereka berjalan mengelilingi Stupa sambil berdoa. Sungguh suasana yang indah sekaligus religius. Kami menghabiskan banyak waktu di sini untuk mengambil gambar dan mengamati orang-orang berlalu-lalang. Menjelang sore kami kembali ke area parkir dan sopir mengantar kami ke Arts Hotel di area Thamel. Hotel yang bersih, ramah, dan nyaman. Sore sampai malam kami gunakan untuk kembali menjelajahi Thamel, makan malam dan membeli beberapa souvenir. Setelahnya kami kembali ke hotel, beristirahat. Malam ini kami bisa tidur agak lama karena besok siangnya pesawat kami terbang meninggalkan Nepal pukul 14.40. Wisata 5 hari 4 malam di Nepal sebenarnya sangatlah kurang karena masih banyak lokasi dan atraksi yang menarik untuk dikunjungi. Mungkin lain waktu, semoga.

Catatan Penting: pada mulanya saya dan istri sepakat untuk mencoba mengatur perjalanan mandiri. Namun, demi menghemat tenaga, waktu dan keefektifan kami menggunakan tour & travel. Akhirnya kami menemukan www.holidaystonepal.com yang memberikan kemudahan perjalanan kami. Selain menawarkan paket tour, Pak Santosh Shrestha salah satu pengurus, juga mau melayani tujuan lain yang kami inginkan. Bahkan ia akan memberikan saran kemudahan program dan sesuai budget yang kita miliki. Pak Santosh sangat bisa dipercaya, ia akan mengatur semua rencana perjalanan bahkan semua sudah ia sediakan dan selalu diinformasikan kepada pelanggan sebelum hari ketibaan. Ia bisa dihubungi melalui nomor +977-9849855872 dan +977-985116677 baik melalui telepon maupun WA. Selain itu tour and travel ini bisa juga dikontak melalui email: info@holidaystonepal.com dan sales.holidaystonepal@gmail.com. Hotel, kendaraan, sopir semuanya disiapkan yang terbaik. Yang paling menarik adalah, kita akan mendapatkan Sim Card  beserta pulsanya untuk kepentingan komunikasi dengan Pak Santosh selama program tour. Jadi sungguh menenangkan dan mengenakkan agenda perjalanan kita. Itu yang kami rasakan selama kunjungan ke Kathmandu dan Pokhara menggunakan Holidays to Nepal. Sip!!

3 comments:

  1. It is very interesting . Thank you so much .

    ReplyDelete
  2. Awesome Article! very interesting and informative. Thanks for Sharing.

    ReplyDelete
  3. Ketika saya berada di Nepal untuk trekking ke base camp everest - saya melakukan sebagian besar tujuan wisata ini. Anda benar ini adalah tempat terbaik untuk menjadi.

    ReplyDelete

Hoi An: Kota Tua Penuh Lentera

Perjalanan saya dan istri ke Hoi An dimulai dari stasiun kereta api Hue pada 20 Juni 2024 menuju stasiun Da Nang dan dari Da Nang lanjut nai...