Saya berada di Leiden Belanda pada pertengahan Januari sampai dengan April 2001. Pengalaman ini merupakan pengalaman saya pertama kali berada di luar negeri dan pertama kali pula naik pesawat terbang. Saya berangkat dari dan kembali ke Jakarta seorang diri. Di Leiden saya tinggal dengan keluarga bulik. Secara umum, Leiden adalah kota pendidikan dan kota sepeda yang menyenangkan. Saya tinggal di daerah Wijnbes atau sebelah utara kota. Setiap menuju ke kota atau berbelanja di area sekitar harus mengontel sepeda. Kebetulan pada saat itu musim dingin bersalju. Suhu sering berada di bawah nol derajat celcius. Beberapa hari pertama memang terasa dingin namun lama-lama terbiasa juga. Selain sepeda, saya juga bepergian dengan menggunakan bus dan kereta api. Tiket bus berupa karcis bergaris yang akan dicap di garis sesuai jarak tempuh. Sementara tiket kereta dapat dibeli sekali jalan atau pergi pulang. Juga tersedia karcis untuk mingguan, bulanan, pelajar, dan warga lanjut usia. Pada saat itu kurensi yang digunakan adalah Gulden
Tempat jalan-jalan yang selalu menarik minat orang banyak di Leiden adalah Haarlemmerstraat. Area ini seperti jalan Malioboro di Jogja. Tapi jalan ini khusus pejalan kaki atau pesepeda non motor. Di kiri-kanan jalan terdapat pertokoan, kaki lima, pengamen, pengkhotbah, dan kegiatan jalanan lain. Pada akhir minggu banyak sekali orang di area ini. Saya gunakan waktu di sini untuk berjalan-jalan sambil melihat-lihat. Setelah itu saya kembali ke Wijnbes dengan mampir dulu di kedai rokok yang menjual rokok dari Indonesia. Waktu itu saya masih merokok. Area lain yang saya kunjungi di Leiden adalah stasiun dan sekitarnya, museum, dan kampus Universitas Leiden. Pengalaman bersepeda di kota ini sungguh sangat menyenangkan. Banyak sekali orang bersepeda. Kita bisa parkir sepeda hampir di mana saja dan Leiden termasuk kota yang aman. Meski begitu tidak boleh tidak mengunci sepeda.
Satu hari saya diajak teman bulik saya ke pantai Scheveningen. Kebetulan hari itu tidak ada salju dan matahari sedikit mengintip meskipun tetap dingin. Saya mengajak 2 keponakan saya. Perjalanan sekitar 45 menit. Pantai ini sangat luas, pasir kecoklatan pada saat itu. Karena musim dingin tentu saja tidak banyak orang di pantai. Saya justru senang karena bisa memandang lautan luas dan bermain di pantai sepuasnya. Tempat lain yang menarik menurut saya adalah kota kecil Geleen. Kota ini berada di daerah selatan masuk di Propinsi Limburg dan berada di antara perbatasan Belgia dan Jerman. Tak jauh dari Geelen terdapat kota wisata yaitu Thorn atau disebut sebagai Witte Stad atau kota putih. Hampir semua bangunan di sini berwarna putih. Eksterior bangunan tetap dipertahankan seperti keadaan semula dan tidak boleh diubah. Benar-benar seperti masuk ke kota masa lalu. Suasana juga tidak terlalu ramai, nyaman sekali untuk berjalan-jalan. Dari sini saya dan salah seorang teman bulik menyeberang ke Belgia, menjelajah sebentar sebelum kembali ke Geelen.
Selama tinggal di Leiden saya juga mengunjungi beberapa museum. Pertama adalah Museum Volkenkunde atau museum etnologi yang letaknya tidak jauh dari Stasiun Leiden Centraal. Di museum ini kita seolah diajak mengembara ke seluruh dunia dengan mengetahui seluk-beluk budayanya. Berikutnya yang sangat spektakuler bagi saya adalah KrollerMuller Museum yang letaknya tidak terlalu jauh dari kota Arnhem. Museum ini terdiri dari taman, hutan, dan ruang pamer seni. Karena terlalu luas, museum menyediakan sepeda atau kendaraan untuk wisatawan kelompok. Saya memilih untuk bersepeda mengitari museum, melihat binatang berlarian di kejauhan, berhenti di taman yang penuh karya seni, lalu memasuki ruang pamer seni. Di museum ini saya bisa melihat lukisan karya Van Gogh yang hebat itu. Museum lain terletak di Amsterdam dan sungguh memikat saya yaitu Theatre Museum. Di sini pengunjung diberi bantuan alat dengar sesuai bahasa yang dipilih. Di setiap booth atau ruang diberikan penjelasan audtif melalui alat dengar tersebut. Menjelang pintu keluar terdapat beberapa ruang yang memajang perlengkapan teater dan miniatur panggung pertunjukan. Museum lain yang begitu wah adalah Rijksmuseum juga di Amsterdam. Museum ini sangat besar dan memiliki beragam benda seni visual, utamanya adalah seni lukis. Yang begitu memikat saya adalah lukisan-lukisan karya Rembrandt.
Satu lagi yang tak terlupakan bagi saya adalah bersepeda dari Amsterdam Amstel ke Kampen. Jarak yang harus ditempuh sekitar 87 Kilometer. Saya dan seorang teman yang mengajak, berangkat dari Amstel pagi hari melalui jalur sepeda dan sampai di Kampen menjelang malam. Perjalanan ke Kampen ini menarik karena melewati Naarden, sebuah kota kuno yang menarik serta Spakenburg, sebuah kota di mana masih tinggal nelayan yang mempertahankan budaya tradisi masyarakat Belanda. Begitu sampai di Kampen kami tidak lama singgah karena harus segera balik ke Amstel dengan naik kereta api. Inilah beberapa hal menarik selama saya tinggal di Leiden.
Secara keseluruhan, Leiden sangat nyaman dan mudah untuk dijelajahi menggunakan sepeda. Kebutuhan sehari-hari bagi orang Indonesia juga bisa dijumpai karena ada toko China yang menjual bumbu, sayur, dan bahan makanan dari Indonesia. Bahkan rumah makan yang menjual masakan indonesia pun ada. Dari Leiden ke kota lain atau sebaliknya dapat ditempuh menggunakan kereta api dan wilayah Belanda tidaklah terlalu luas dibanding Indonesia. Suasana kota dan perumahan cenderung sepi karena semua orang bekerja, namun budaya saling berkunjung tetap terpelihara dengan baik. Jika menemui kesulitan di jalan atau kebingungan banyak orang yang bersedia membantu ketika diminta. Karena Leiden terkenal sebagai kota pendidikan, maka banyak mahasiswa dalam dan luar negeri yang belajar di kota ini. Leiden adalah kota kecil yang menyenangkan. (**)
Tempat jalan-jalan yang selalu menarik minat orang banyak di Leiden adalah Haarlemmerstraat. Area ini seperti jalan Malioboro di Jogja. Tapi jalan ini khusus pejalan kaki atau pesepeda non motor. Di kiri-kanan jalan terdapat pertokoan, kaki lima, pengamen, pengkhotbah, dan kegiatan jalanan lain. Pada akhir minggu banyak sekali orang di area ini. Saya gunakan waktu di sini untuk berjalan-jalan sambil melihat-lihat. Setelah itu saya kembali ke Wijnbes dengan mampir dulu di kedai rokok yang menjual rokok dari Indonesia. Waktu itu saya masih merokok. Area lain yang saya kunjungi di Leiden adalah stasiun dan sekitarnya, museum, dan kampus Universitas Leiden. Pengalaman bersepeda di kota ini sungguh sangat menyenangkan. Banyak sekali orang bersepeda. Kita bisa parkir sepeda hampir di mana saja dan Leiden termasuk kota yang aman. Meski begitu tidak boleh tidak mengunci sepeda.
Satu hari saya diajak teman bulik saya ke pantai Scheveningen. Kebetulan hari itu tidak ada salju dan matahari sedikit mengintip meskipun tetap dingin. Saya mengajak 2 keponakan saya. Perjalanan sekitar 45 menit. Pantai ini sangat luas, pasir kecoklatan pada saat itu. Karena musim dingin tentu saja tidak banyak orang di pantai. Saya justru senang karena bisa memandang lautan luas dan bermain di pantai sepuasnya. Tempat lain yang menarik menurut saya adalah kota kecil Geleen. Kota ini berada di daerah selatan masuk di Propinsi Limburg dan berada di antara perbatasan Belgia dan Jerman. Tak jauh dari Geelen terdapat kota wisata yaitu Thorn atau disebut sebagai Witte Stad atau kota putih. Hampir semua bangunan di sini berwarna putih. Eksterior bangunan tetap dipertahankan seperti keadaan semula dan tidak boleh diubah. Benar-benar seperti masuk ke kota masa lalu. Suasana juga tidak terlalu ramai, nyaman sekali untuk berjalan-jalan. Dari sini saya dan salah seorang teman bulik menyeberang ke Belgia, menjelajah sebentar sebelum kembali ke Geelen.
Satu lagi yang tak terlupakan bagi saya adalah bersepeda dari Amsterdam Amstel ke Kampen. Jarak yang harus ditempuh sekitar 87 Kilometer. Saya dan seorang teman yang mengajak, berangkat dari Amstel pagi hari melalui jalur sepeda dan sampai di Kampen menjelang malam. Perjalanan ke Kampen ini menarik karena melewati Naarden, sebuah kota kuno yang menarik serta Spakenburg, sebuah kota di mana masih tinggal nelayan yang mempertahankan budaya tradisi masyarakat Belanda. Begitu sampai di Kampen kami tidak lama singgah karena harus segera balik ke Amstel dengan naik kereta api. Inilah beberapa hal menarik selama saya tinggal di Leiden.
Secara keseluruhan, Leiden sangat nyaman dan mudah untuk dijelajahi menggunakan sepeda. Kebutuhan sehari-hari bagi orang Indonesia juga bisa dijumpai karena ada toko China yang menjual bumbu, sayur, dan bahan makanan dari Indonesia. Bahkan rumah makan yang menjual masakan indonesia pun ada. Dari Leiden ke kota lain atau sebaliknya dapat ditempuh menggunakan kereta api dan wilayah Belanda tidaklah terlalu luas dibanding Indonesia. Suasana kota dan perumahan cenderung sepi karena semua orang bekerja, namun budaya saling berkunjung tetap terpelihara dengan baik. Jika menemui kesulitan di jalan atau kebingungan banyak orang yang bersedia membantu ketika diminta. Karena Leiden terkenal sebagai kota pendidikan, maka banyak mahasiswa dalam dan luar negeri yang belajar di kota ini. Leiden adalah kota kecil yang menyenangkan. (**)
No comments:
Post a Comment