Bukit Jaddih adalah bukit bekas pertambangan kapur yang berubah menjadi lokasi wisata menarik dan cukup poluler di Kabupaten Bangkalan Madura. Saya, istri dan 2 keponakan mengunjungi lokasi ini pada 3 Juli 2016. Kami dari Surabaya menyewa mobil sekalian sopir. Setelah melewati Jembatan Suramadu, ambil arah ke kota Bangkalan. sebelum masuk ke kota ambil arah ke kiri mengikuti petunjuk arah ke Bukit Jaddih atau dengan sebutan lain Goa Pote. Jalanan sudah sangat baik, hanya ketika memasuki pedesaan jalan tidak begitu lebar. Namun suasana desa menuju ke lokasi sungguh sangat menarik. Pepohonan besar masih tumbuh di kanan-kiri jalan dan sesekali dokar melintas. Tak beberapa lama sampailah kami di area Bukit Jaddih yang luas.
Karena merupakan area bekas pertambangan, maka jalan yang dibuat di sekitar dan menuju bukit khas untuk kendaraan angkut. Di pungung-punggung bukit nampak bagaikan kamar-kamar bekas orang mengeruk dan mengambil batu kapur. Di bawah bukit, bekas galian yang dalam terisi air berwarna biru kehijaun. Bahkan di sisi ini dibangun kolam renang dan wahana. Di atas bukit, jika kita melanjutkan dengan jalan kaki, terdapat padang rumput di antara bebatuan. Di puncak bukit ini kita bisa menyaksikan pemandangan di bawahnya. Bukit ini sekarang menjadi salah satu lokasi wisata yang hits terutama bagi penggemar foto. Kami tidak terlalu lama mengobservasi bukit tersebut untuk kembali ke Surabaya setelah mampir sebentar membeli batik.
Di Surabaya kami menuju ke Kenjeran Park. Sebuah taman bertema yang sangat luas dan terletak di pinggiran pantai Kenjeran. Taman ini memiliki beberapa kompleks atraksi wisata. Ada kompleks dengan tema keagamaan, kompleks untuk bermain dan beberapa lokasi multi wahana yang sedang dibangun. Di pinggir pantai kita juga bisa menyewa perahu. Tapi sayang pada saat kami datang, air laut sedang surut sehingga tidak bisa berperahu. Kami hanya mengeksplorasi area dengan tema keagamaan. Setelah berjalan-jalan di taman dengan patung Buddha yang besar dan tinggi, kami masuk ke kelenteng. Di belakang kelenteng yang berbatas langsung laut ini terdapat patung-patung raksasa yang sangat elok. Secara umum, Kenjeran Park sangat terekomendasi untuk kunjungan keluarga. Banyak pilihan lokasi dan wahana serta harga yang terjangkau.
Pada kunjungan lain waktu di Surabaya bersama 2 keponakan kami yang lain pada bulan Desember 2016 kami mencoba berwisata ke Mangrove Wonorejo. Lokasi hutan mangrove ini tidak jauh dari kota, tepatnya di daerah Rungkut. Begitu sampai ke lokasi kita disuguhi sebuah taman mangrove yang sudah ditata sedemikian rupa. Kita harus jalan menyusuri taman ini untuk menuju ke lokasi inti hutan mangrove. Hutan mangrove ini menyajikan 2 macam jenis wisata yaitu, jogging track sepanjang sungai atau menyewa perahu. Kami memilih berperahu menyusur sungai untuk menuju ke hutan mangrove.
Setelah membeli tiket dan antri, perahu kami berangkat menyusuri sungai berwarna coklat yang sayangnya tidak begitu bersih. Banyak sampah hanyut, tapi pemandangan pinggir sungai sangat menarik. Sesampai di tujuan, perahu berhenti dan kita dipersilakan menyusuri jalan berupa jembatan bambu untuk menjelajah hutan mangrove. Di ujung hutan ini adalah lautan lepas yang mana di pinggir-pinggirnya di bangun semacam tempat peristirahatan bagi pengunjung. Sungguh sangat menarik pemandangan di sini, namun sayangnya tidak ada penjual makanan ringan ataupun minuman dan penjaga tidak memberitahukan hal tersebut. Al hasil kami harus menahan haus, tapi tetap menikmati suasana yang indah. Mangrove di sini jenisnya besar dan tidak tumbuh terlalu rapat. Jalanan bambu yang dibuat cukup nyaman. Setelah puas menjelajah, kami kembali ke dermaga dan perahu siap mengantarkan kami kembali ke titik keberangkatan. Kami cukup puas berada di lokasi wisata ini dan menurut kami Mangrove Wonorejo layak dikunjungi. Selepas dari mangrove kami kembali ke kota dan mengunjungi Monumen Kapal Selam sebelum hari gelap. Sebuah kapal selam yang pernah digunakan oleh Angkatan Laut Indonesia dan dijadikan monumen atau museum. Kita bisa masuk ke dalamnya dan mengobservasi kondisi dalam lambung kapal selam. Di dalam kapal ini juga terpampang fotof-foto mantan kapten pemimpin kapal. Ukuran kapal selam cukup kecil sehingga di beberapa ruang kita harus memasukinya dengan merunduk. Menarik. (**)
Pada kunjungan lain waktu di Surabaya bersama 2 keponakan kami yang lain pada bulan Desember 2016 kami mencoba berwisata ke Mangrove Wonorejo. Lokasi hutan mangrove ini tidak jauh dari kota, tepatnya di daerah Rungkut. Begitu sampai ke lokasi kita disuguhi sebuah taman mangrove yang sudah ditata sedemikian rupa. Kita harus jalan menyusuri taman ini untuk menuju ke lokasi inti hutan mangrove. Hutan mangrove ini menyajikan 2 macam jenis wisata yaitu, jogging track sepanjang sungai atau menyewa perahu. Kami memilih berperahu menyusur sungai untuk menuju ke hutan mangrove.
Setelah membeli tiket dan antri, perahu kami berangkat menyusuri sungai berwarna coklat yang sayangnya tidak begitu bersih. Banyak sampah hanyut, tapi pemandangan pinggir sungai sangat menarik. Sesampai di tujuan, perahu berhenti dan kita dipersilakan menyusuri jalan berupa jembatan bambu untuk menjelajah hutan mangrove. Di ujung hutan ini adalah lautan lepas yang mana di pinggir-pinggirnya di bangun semacam tempat peristirahatan bagi pengunjung. Sungguh sangat menarik pemandangan di sini, namun sayangnya tidak ada penjual makanan ringan ataupun minuman dan penjaga tidak memberitahukan hal tersebut. Al hasil kami harus menahan haus, tapi tetap menikmati suasana yang indah. Mangrove di sini jenisnya besar dan tidak tumbuh terlalu rapat. Jalanan bambu yang dibuat cukup nyaman. Setelah puas menjelajah, kami kembali ke dermaga dan perahu siap mengantarkan kami kembali ke titik keberangkatan. Kami cukup puas berada di lokasi wisata ini dan menurut kami Mangrove Wonorejo layak dikunjungi. Selepas dari mangrove kami kembali ke kota dan mengunjungi Monumen Kapal Selam sebelum hari gelap. Sebuah kapal selam yang pernah digunakan oleh Angkatan Laut Indonesia dan dijadikan monumen atau museum. Kita bisa masuk ke dalamnya dan mengobservasi kondisi dalam lambung kapal selam. Di dalam kapal ini juga terpampang fotof-foto mantan kapten pemimpin kapal. Ukuran kapal selam cukup kecil sehingga di beberapa ruang kita harus memasukinya dengan merunduk. Menarik. (**)
No comments:
Post a Comment