27.9.17

Bali: Pantai dan Lainnya

Saya akan tuliskan sedikit perjalanan ke Bali pada bulan Juni dan Desember 2016 bersama istri dan keponakan. Pada perjalanan pertama saya dan 2 keponakan terbang dari Jogja malam hari menggunakan pesawat Garuda Indonesia untuk bertemu dengan istri saya yang sudah menunggu di CT1 Hostel dekat dengan bandara. Hostel ini sangat recomended untuk backpacker dan keluarga. Kami langsung beristirahat. Keesokan paginya perjalanan wisata kami mulai menuju Tanjung Benoa dengan melewati jalan toll Mandara yang terkenal itu. Mobil dan sopir kami rental melalui Wira Rental Car dengan harga cukup murah dan sopir yang ramah. Rental car ini juga menyediakan jasa wisata dan saya memilih paket untuk berperahu dari Tanjung Benoa ke Deluang Sari, pulau tempat penangkaran dan pemeliharaan kura-kura. Begitu sampai di Benoa perahu telah disiapkan.

Di Tanjung Benoa ini wisatawan bisa memilih beragam wahana dan olah raga air dari yang biasa sampai yang ekstrim. Pantai ini memang tidak untuk orang berjemur atau berenang. Saat perjalanan, di tengah laut, perahu dihentikan sebentar dan kita bisa mengamati ikan-ikan yang indah baik melalui kaca di lantai perahu atau di samping perahu. Nahkoda juga telah menyediakan makanan untuk ikan, sehingga kita bisa memberi makan mereka. Tak berapa lama perjalanan berlanjut. Sesampai di Deluang Sari kita masuk dan membayar tiket 10.000 Rupiah per orang. Di lokasi ini kita bisa menyaksikan kura-kura dalam berbagai ukuran serta beberapa koleksi binatang yang ada. Pulanya tidaklah terlalu besar. Datang di pulai ini disarankan pagi atau siang hari karena sore hari laut mengalami pasang naik dan ombaknya besar. Setelah puas di lokasi ini kami kembali lagi ke Tanjung Benoa untuk melanjutkan perjalanan ke lokasi berikutnya.


Kami menuju ke Pantai Pandawa, yang merupakan pantai di sebalik bukit kapur. Jalan menuju pantai  ini membelah bukit kapur dan di punggug bukit dibuat ceruk untuk memasang patung Pandawa Lima. Pantai ini memiliki area pasir putih yang luas memanjang. Di sini kita bisa menyewa tempat duduk berpayung dan juga disediakan kayak. Warung makan dan souvenir berderet di pinggir pantai dengan harga yang tidak terlalu mahal. Pantai Pandawa juga menggelar atraksi Kecak Dance pada malam hari. Sepuas bermain-main di pantai, kami langsung menuju ke Garuda Wishnu Kencana, sebuah taman budaya berarea luas dan terletat di sekitaran bukit kapur. Di taman ini kita bisa bermain dan melihat prototipr patung kepala garuda dan Wisnu yang sangat besar. Selain itu kita bisa menyaksikan kota dan laut dari ketinggian. Pengunjung juga bisa menyaksikan pertunjukan tari gratis. Taman ini rencananya akan selesai dibangun pada tahun 2018.

Dari GWK, kami langsung menuju ke Pura Uluwatu untuk jalan-jalan ke taman, mengunjungi pura, menyaksikan laut dari tebing, dan menyaksikan Kecak Dance. Pertunjukan diselenggarakan menjelang sunset sampai waktu makan malam tiba. Pendukung kesenian ini bisa mencapai ratusan orang. Banyak sekali wisatawan dalam dan luar negeri menyaksikan pertunjukan ini. Selesai pementasan kami kembali ke penginapan, namun tak lupa mampir dulu di Krisna untuk sekedar membeli oleh-oleh. Pada kedatangan kedua di bulan Desember, saya dan istri mengajak 2 keponakan yang lain. Kami juga mengunjungi lokasi sebelumnya, minus Uluwatu. Namun pada saat itu kita mencoba urutan berbeda. Pertama ke Pantai Pandawa, lanjut ke GWK baru ke Tanjung Benoa. Ternyata hal ini kurang menguntungkan karena pada pagi hari Pantai Pandawa air lautnya masih dalam kondisi surut sehingga bibir pantai menjorok ke laut. Bukannya pasir putih yang berbatas air melainkan bebatuan yang cukup kasar untuk diinjak. Sementara itu sore hari di Benoa, atraksi wisata sudah mulai sepi dan air laut pasang naik dengan ombak yang cukup tinggi.

Namun pada kedatangan kali ini, kami punya banyak waktu di hari pertama karena terbang dengan Air Asia pada pagi hari. Sesampai di Bandara kami langsung menuju ke Pura Ulundanu Danau Beratan. Tapi kami agak kurang beruntung karena pesawat delay sehingga agak terlambat mendarat dan sopir kami tidak mau ngebut. Akhirnya kami sampai di Danau Beratan menjelang makan siang dan hujan deras sudah turun. Kami akhirnya menyewa payung dan tetap menikmati keindahan pura, taman, dan danau. Setelah cukup puas menjelajah kami lanjutkan perjalann ke Tanah Lot. Sore hari kami sampai di lokasi. Angin laut bertiup kencang dan ombak sudah berdebur sehingga kita tidak bisa jalan ke pulau karang di mana pura berdiri. Kami menyaksikan keindahan Pura Tanah Lot dari pinggir pantai dan kemudian dari atas bukit. Dari kejauhan, pemandangan justru tampak lebih indah. Kami bercengkerama sebentar di taman sebelum akhirnya ke hotel untuk beristirahat. Bali sebagai daerah wisata memang tidak kehabisan lokasi dan atraksi yang ditawarkan. (**)

No comments:

Post a Comment

Hoi An: Kota Tua Penuh Lentera

Perjalanan saya dan istri ke Hoi An dimulai dari stasiun kereta api Hue pada 20 Juni 2024 menuju stasiun Da Nang dan dari Da Nang lanjut nai...