Ayutthaya merupakan kerajaan Siam yang berkuasa antara tahun 1351-1767. Kerajaan ini menjalin hubungan dagang dengan bangsa-bangsa lain. Sampai hari ini sisa atau reruntuhan bangunan kerajaan Ayutthaya masih dapat kita nikmati. Situs ini terletak di sebelah timur utara kota bangkok. Dapat ditempuh dengen kereta api selama 2 jam seperempat atau 1 jam setengah dengan menggunakan mobil. Perjalanan saya ke Ayutthaya saya lakukan di sela tugas pada tanggal 20 Desember 2008, dari Bangkok dengan mengendari mobil. Kerajaan Ayutthaya runtuh akibat perang dengan bangsa Burma. Di bekas kompleks kerajaan seluas kurang lebih 14 kilometer persegi ini dapat kita temui candi-candi pemujaan. Hal itu dikarenakan Raja Siam selalu memerintahkan pembangunan candi setiap ada anggota keluarga kerajaan yang meninggal. Nama "Ayutthaya" sama dengan "Ayodya" dari India Kuno dan nama ini juga mirip dengan nama kota "Yogya". Kemungkinan besar inspirasi nama kota Yogya dan Ayutthaya memang diambil dari Ayodya. Sampai saat ini, lokasi situs ini banyak diminati wisatawan terutama yang ingin lebih memahami Thailand ataupun yang tertarik dengan wisata sejarah.
Dalam perjalanan menuju situs Ayutthaya saya diantar oleh sopir untuk mampir dan mengunjungi Bang Sai Art and Craft Center. Gedung ini merupakan pusat kerajinan di bawah naungan Kerajaan. Di dalam gedung berjajar banyak booth pengrajin dan UKM dari seluruh penjuru Thailand. Banyak jenis craft yang ditawarkan mulai dari tekstil, keramik, logam, kaca, kayu, lukisan, asesoris, dan lain sebagainya. Di kompleks gedung ini juga terdapat lokasi workshop yang boleh dikunjungi dengan membayar admisi 50 Baht (pada saat itu). Di tempat ini juga menyediakan show room untuk memajang karya hasil workshop dan juga diperjualbelikan. Ada workshop yang boleh diambil gambarnya, namun ada juga yang dilarang. Gedung workshop ini diperuntukkan bagi pemuda dan pengrajin yang kurang memiliki dana. Mereka disupport oleh pihak Kerajaan untuk diberdayakan dengan membuat dan menjual karya mereka. Di kompleks yang sangat luas ini kita juga bisa menyaksikan berbagai bangunan khas rumah penduduk Thailand. Untuk menjelajahi semua area dibutuhkan waktu yang lumayan lama.
Keesokan harinya selepas tugas, saya memiliki kesempatan untuk berkunjung ke pasar Chatuchak (weekend market) dan Grand Palace. Dari kota menuju pasar Chatuchak dapat ditempuh dengan menggunakan skytrain yang terkenal dengan sebutan BTS kurang lebih 30 menit. Waktu itu saya naik dari stasiun Ratchathewi. Pasar ini sangat besar dan menjual berbagai macam barang, namun pada hari tertentu pasar ini digunakan untuk agri bisnis. Pada saat itu, banyak sekali jenis barang dan kerajinan yang ditawarkan, dan karena di Thailand maka semua barang harus ditawar. Penataan los atau gerai dagangan di pasar ini sangat tertata rapi. Konsistensi penyediaan barang dijaga, bahkan untuk souvenir yang tidak lagi trend pun masih disediakan. Menarik sekali berkunjung di pasar ini, namun kita harus hapal pintu masuk sehingga tidak nyasar ke lokasi lain pada saat keluar. Di sepanjang jalan antara stasiun BTS dan pasar ini pun berderet kaki lima yang menggelar dagangan mereka. Semuanya tertata dan tertib.
Lokasi berikutnya yang saya kunjungi adalah Grand Palace atau istana yang terletak di tengah kota Bangkok. Namun rupanya saya salah masuk pintu dan akhirnya malah sampai di Tempel of Emerald Buddha yang merupakan tempat peribadatan di kompleks istana. Untu masuk lokasi ini tidak dipungut biaya, pada saat itu. Bangunan rumah peribadatannya sangat megah di area ini. Hampir semua bangunan dihiasi dengan batu kaca berwarna-warni. Beberapa jenis batu diekspor dari Belgia dan yang khusus digunakan untuk stupa Buddha bahannya didatangkan dari Italia. Banyak sekali pengunjung yang tertarik untuk datang. Relief, ukiran, patung dan seluruh yang terhampar tertata secara artistik dan magis. Karena saking tertariknya, saya jadi lupa ke Grand Palace. Oleh karena itu pada kedatangan saya dan istri Agustus 2013, kami coba masuk ke Grand Palace, namun sayang sekali tiketnya mahal dan kita diwajibkan mengenakan kain atau sarung untuk menutupi kaki. Kami akhirnya hanya berjalan-jalan di halaman luar istana menyaksikan keindahan eksterior bangunan dan taman. Yang lebih menarik adalah pada saat itu sedang dilakukan upacara pergantian petugas jaga. Jadi kita dapat menyaksikan seremoni tersebut dengan gratis. (**)
Keesokan harinya selepas tugas, saya memiliki kesempatan untuk berkunjung ke pasar Chatuchak (weekend market) dan Grand Palace. Dari kota menuju pasar Chatuchak dapat ditempuh dengan menggunakan skytrain yang terkenal dengan sebutan BTS kurang lebih 30 menit. Waktu itu saya naik dari stasiun Ratchathewi. Pasar ini sangat besar dan menjual berbagai macam barang, namun pada hari tertentu pasar ini digunakan untuk agri bisnis. Pada saat itu, banyak sekali jenis barang dan kerajinan yang ditawarkan, dan karena di Thailand maka semua barang harus ditawar. Penataan los atau gerai dagangan di pasar ini sangat tertata rapi. Konsistensi penyediaan barang dijaga, bahkan untuk souvenir yang tidak lagi trend pun masih disediakan. Menarik sekali berkunjung di pasar ini, namun kita harus hapal pintu masuk sehingga tidak nyasar ke lokasi lain pada saat keluar. Di sepanjang jalan antara stasiun BTS dan pasar ini pun berderet kaki lima yang menggelar dagangan mereka. Semuanya tertata dan tertib.
Lokasi berikutnya yang saya kunjungi adalah Grand Palace atau istana yang terletak di tengah kota Bangkok. Namun rupanya saya salah masuk pintu dan akhirnya malah sampai di Tempel of Emerald Buddha yang merupakan tempat peribadatan di kompleks istana. Untu masuk lokasi ini tidak dipungut biaya, pada saat itu. Bangunan rumah peribadatannya sangat megah di area ini. Hampir semua bangunan dihiasi dengan batu kaca berwarna-warni. Beberapa jenis batu diekspor dari Belgia dan yang khusus digunakan untuk stupa Buddha bahannya didatangkan dari Italia. Banyak sekali pengunjung yang tertarik untuk datang. Relief, ukiran, patung dan seluruh yang terhampar tertata secara artistik dan magis. Karena saking tertariknya, saya jadi lupa ke Grand Palace. Oleh karena itu pada kedatangan saya dan istri Agustus 2013, kami coba masuk ke Grand Palace, namun sayang sekali tiketnya mahal dan kita diwajibkan mengenakan kain atau sarung untuk menutupi kaki. Kami akhirnya hanya berjalan-jalan di halaman luar istana menyaksikan keindahan eksterior bangunan dan taman. Yang lebih menarik adalah pada saat itu sedang dilakukan upacara pergantian petugas jaga. Jadi kita dapat menyaksikan seremoni tersebut dengan gratis. (**)
No comments:
Post a Comment