4.2.17

Swedagon, Kandawgyi, dan Karaweik di Yangon

Yangon atau Rangoon pada saat itu merupakan ibukota Myanmar sebelum pindah ke Naypyidaw. Saya mendapat kesempatan untuk mengunjungi Yangon pada tanggal 25-30 Desember 2010. Pada saat itu WNI belum bisa mendapatkan bebas visa kecuali paspor dinas. Bandar udara di Yangon sudah terlihat modern pada saat itu namun ketika kita keluar dari bandara dan hendak memesan taksi atau bus, suasanya masih seperti Indonesia tahun 90-an. Mungkin hal ini dikarenakan pada saat itu Myanmar masih agak tertutup dalam mengembangkan bisnis dan ekonomi negaranya karena masih dikuasai Junta Militer. Saat itu, saya mendapatkan penginapan di Hotel Panda di tengah kota Yangon. Sepanjang jalan saya melihat banyak kendaraan berusia cukup tua yang berlalu lalang. Jalanan panas dan banyak jalan belum beraspal meskipun itu berada di tengah kota, termasuk jalan di sekitar hotel yang saya inapi. Jalan beraspal hanya untuk jalan utama kelihatannya.

Di Yangon banyak sekali bertebaran Pagoda dan bangunan peirbadatan Buddha yang lainnya. Meski demikian di pusat kita juga bisa menemukan gereja serta masjid. Swedagon Pagoda adalah pagoda terbesar dan sangat terkenal yang menjadi tujuan utama wisatawan. Swedagon merupakan kompeks bangunan peribadatan yang sangat indah. Gedung, ruang desain, dan tata letak bangunannya sangat mewah. Tebaran Pagoda terletak di puncak kompleks dan sangatlah megah. Semuanya berwarna emas. Banyak sekali pengunjung di Pagoda ini. Selain wisatawan, sebagian besar adalah umat Buddha yang ingin melaksanakan ibadah. Banyak yang menarik di kompleks ini selain arsitektur juga patung-patung, dekorasi setiap ruang serta penataan dan pengaturan jalan untuk pengunjung. Selain Swedagon, kita juga bisa ke Sule Pagoda di tengah kota Yangon. Letak Pagoda ini memang berada di tengah kota jadi tidak terlalu sulit untuk mengunjunginya. Pada saat saya di sini, pagoda sedang direhab namun tetep terbuka bagi para pengungjung. Lingkungan sekitar Sule Pagoda juga sangat asyik digunakan untuk jalan-jalan karena banyak bangunan yang menarik serta lanskap kota yang bagus. Pagoda ini juga termasuk besar ukurannya, namun bagi warga Yangon dianggap kecil. Saya mengitari kompleks bangunan lantai 1 dan 2 untuk sekedar melihat-lihat.  Masih banyak pagoda di Yangon di antaranya adalah Maha Vizaya dan Kabar Aye, namun hanya 2 itu yang saya kunjungi dan semuanya menarik.

Selain pagoda saya juga menyempatkan diri untuk melihat danau Kandawgyi yang merupakan salah satu atraksi favorit dan salah satu danau terkenal di Myanmar. Letaknya tidak jauh dari Swedagon. Di sekitar danau ditata konsep taman yang menarik dimana para pengunjung bisa menghabiskan waktu sambil menikmati keindahan danau melalui pathway yang terbuat dari kayu. Di taman ini juga digelar aneka bazar yang sangat ramai pada akhir pekan. Banyak pula muda-mudi yang datang berpasangan. Hal menarik adalah banyaknya mobil model jeep yang berwarna-warni. Langit di danau ini bersih sehingga banyak sekali burung gagaknya. Di seberang danau terdapat salah satu landmark yang sangat terkenal yaitu Karaweik Palace

Sebuah bangunan megah yang dibentuk bagaikan perahu raksasa yang mengapung di tengah Kandawgyi. Pertunjukan kultural bercitarasa kerajaan digelar di gedung ini terutama pada saat makan malam berbentuk buffet. Kita bisa memesan terlebih dahulu sebelum makam malam di sini. Kita akan disuguhi beragam makanan khas Myanmar yang bisa dipilih sesui selera dan paket pesanan yang ditentukan dan berbagai macam pertunjukan dari berbagai suku dan budaya yang ada di Myanmar. Pertunjukan ini dibuat dalam satu rangkaian selama kurang lebih 2 jam. Ada tari, drama tari, musik, dan yang paling menarik bagi saya adalah boneka marionette. Wayang boneka marionette bergaya Myanmar sampai sekarang masih diakui dunia dan dilestarikan. Sangat menarik.

Info: lalu lintas di Mayanmar menggunakan jalan kanan, namun banyak ditemui mobil dan bus dengan kemudi di kanan sehingga agak menyulitkan ketika menurunkan penumpang. Tips: naik taksi lebih mudah untuk sekedar mengantar ke satu tempat dan kita harus tawar-menawar.

No comments:

Post a Comment

Hoi An: Kota Tua Penuh Lentera

Perjalanan saya dan istri ke Hoi An dimulai dari stasiun kereta api Hue pada 20 Juni 2024 menuju stasiun Da Nang dan dari Da Nang lanjut nai...