25.2.17

Kuching: Melihat Kalimantan Dari Sisi Malaysia

Kuching adalah ibukota negara bagian Sarawak Malaysia yang terletak di bagian utara pulau Kalimantan (Borneo). Sarawak merupakan daerah khusus yang diperbolehkan untuk menangani sendiri keimigrasian sebagai imbalan atas bergabungnya Sarawak ke Malaysia. Jadi, kalau kita masuk ke Kuching melalui Kuala Lumpur, meskipun telah mendapatkan stempel imigrasi Malaysia kita tetap harus melewati imigrasi Sarawak dan mendapatkan stempel visa lagi. Bahkan untuk warga Malaysia yang berasal dari luar Sarawak harus memiliki visit pass sebelum berkunjung, sementara warga Sarawak bebas kemana saja di Malaysia tanpa perlu visit pass. Inilah keistimewaan Sarawak. Saya berkunjung ke Kuching selama 2 malam dari tanggal 24 sampai 26 Februari 2017 dan masuk dari Kuala Lumpur. Kuching tidaklah seramai KL namun kotanya sangat bersih. Kelihatannya tourisme sedang digalakkan di kota ini. Banyak obyek menarik yang bisa dikunjungi juga kulinernya sangat perlu untuk dicoba. Malam pertama saya dan istri datang ke Kuching langsung kami gunakan untuk observasi dan wisata kuliner dimana malam itu kami coba Laksa Sarawak dan Chicken Curry Noodle. Rasanya cukup nendang. Kebetulan kedatangan kami hari Jumat dimana selalu ada bazaar di sekitar Waterfront selama weekend. Malam itu selepas makan kami langsung jalan-jalan menyusuri Waterfront sekaligus menandai spot yang akan kami kunjungi lagi keesokan harinya.


Pagi harinya rencana kami agak berantakan karena turunnya hujan yang cukup deras. Namun pagi itu kami mencoba menjelajahi sekitaran Tune Hotel tempat kami menginap dan mencoba makanan khas Kuching yaitu Kolo Mee. Ada 2 jenis masakan yaitu Kolo Mee sup dan kering. Pagi itu kami mencoba sup dan rasanya lumayan enak. Selepas itu tidak banyak yang kami kerjakan. Setelah hujan reda pada siang hari, kami langsung menuju ke Fort Margherita sebuah benteng tua yang didirikan tahun 1879 oleh Raja Sarawak waktu itu. Benteng ini bergaya Inggris dan untuk menuju ke sana kita harus menyeberang sungai Serawak dengan naik perahu berbayar 50 sen saja dari beberapa jetty yang ada di sekitaran Waterfront. Benteng ini dijadikan museum untuk mengenang Dinasti Brook yang merupakan Raja turun temurun. Di ruang utama yang terdiri dari 3 lantai kita disuguhi sejarah Sarawak bersama Dinasti Brook. Lantai 4 adalah puncak benteng atau menara di mana kita bisa memandang ke sekeliling sekitaran benteng dan seberang sungai. Meskipun benteng ini kecil namun sangat layak untuk dikunjungi karena sangat terawat dan bersih. Tiket masuknya 12 Ringgit untuk wisatawan asing, namun kami hanya dikenakan 5 Ringgit per orang karena dikira wisatawan lokal.

Kami kembali menyeberang sungai dan mencoba mengobservasi pecinan yang ada di sepanjang Jalan Padungan. Di jalan ini berdiri berbagai macam kedai di sisi kanan dan kiri jalan. Pecinan di Kuching berbeda dengan pecinan di daerah lain yang memang khusus dibangun untuk wisatawan. Pecinan di Kuching memang merupakan area yang dihuni warga keturunan China sejak jaman dahulu. 
Selain di Jalan Padungan, lokasi lain yang menarik dan disebut sebagai pecinan adalah sepanjang Lebuh Carpenter yang kami kunjungi pada sore harinya. Dari area Padungan ini kami menuju ke mall kecil Sarawak Plaza di jalan Abel untuk sekedar mencari oleh-oleh. Kemudian kami lanjutkan dengan sejenak minum kopi di cafe antara jalan Abel dan Padungan. 

Dari pecinan di Padungan kami berjalan kaki menuju Tua Pek Kong, kuil tertua di Kuching. Kuil ini kecil namun ikonik dan terletak di sudut jalan tengah kota. Dari kuil ini kami berjalan melewati Gedung Museum Sejarah Orang China yang sudah tutup, menyeberang jalan menuju Lebuh Carpenter dan akhirnya kami kembali ke Waterfront. Sore itu kami gunakan waktu untuk duduk-duduk di pinggir sungai di dekat plaza tempat anak-anak bermain. Di seberang sungai nampak bangunan megah Dewan Undangan Negeri Sarawak. Di sebelah kirinya adalah  bangunan Astana Raja Sarawak. Setelah cukup waktu, kami mencari makan malam kembali ke area Padungan. Kami coba Kolo Mee kering yang rasanya sangat enak. Sepanjang hari ini memang kami gunakan waktu untuk berjalan kaki sehingga setelah makan malam kami merasa cukup penat dan kembali ke hotel. Esok paginya kami harus bangun pagi dan meninggalkan Kuching yang bersih dan rapi dimana area kota kuno bertemu dengan nuansa modern. Sebenarnya 2 malam tidaklah cukup untuk wisata di Kuching karena masih banyak tempat menarik yang bisa dikunjungi. Mungkin lain waktu.

No comments:

Post a Comment

Hoi An: Kota Tua Penuh Lentera

Perjalanan saya dan istri ke Hoi An dimulai dari stasiun kereta api Hue pada 20 Juni 2024 menuju stasiun Da Nang dan dari Da Nang lanjut nai...