29.1.17

Berkunjung ke San Sebastian, Binondo, dan Carriedo di Manila

Sekembalinya dari Cebu saya dan Istri langsung menyusuri jalanan Manila dan mengunjungi spot-spot yang menarik. Kami menyewa mobil dan sopir selama seharian. Kami di jemput di bandara pada tanggal 29 Mei 2014 jam 14.00 oleh sopir yang bernama Ryan. Ia cukup ramah dan bersedia mengantar kami berkeliling. Sebelumnya kami singgah di hotel dan makan siang di Jollibee, restoran fastfood yang banyak bertebaran di Manila. Setelah itu kami berkeliling dengan tujuan pertama adalah Istana Malacanang. Sayangnya kita tidak diperbolehkan masuk pada saat itu karena belum membuat reservasi, jadi hanya berjalan mengelilingi istana saja. Untuk masuk area istana mobil kami diperiksa dan sopir harus menyerahkan identitas yang nanti diambil lagi saat keluar. Cukup menarik.

Perjalanan kami berlanjut ke Gereja San Sebastian yang terletak di jalan San Rafael dan tegak lengkap berdiri pada tahun 1891. Sebuah gereja yang tinggi dan megah. Eksteriornya dicat warna putih seolah menjulang ke langit karena atapnya yang runcing tinggi. Interiornya sangat indah. Wisatawan bisa masuk meskipun sedang ada ibadah selama tidak mengganggu. Berikutnya kami menuju ke Golden Mosque atau Masjid Emas. Letak masjid ini sangat sulit karena berada di lokasi sub urban dimana banyak gang dan jalan kecil. Sopir kami pun harus beberapa kali turun dan bertanya. Sesampai di depan masjid kami hanya mengobservasi sebentar dan cukup heran dan kagum dengan adanya bangunan masjid di wilayah itu. Meski tidak cukup besar, masjid ini sangat kondang dan menjadi kunjungan wajib bagi wisatawan muslim. Menarik.

Tak lama kemudian kami langsung menuju ke Binondo atau kawasan pecinan. Kami sepakat dengan sopir untuk bertemu kembali di penghujung jalan di dekat Carriedo Fountain. Kami turun di plaza depan gereja Binondo yang terkenal dengan nama Minor Basilica of St. Lorenzo Ruiz. Kami menyusuri plaza itu. Banyak pejalan kaki dan orang-orang yang nongkrong di kursi-kursi taman. Kaki kami kemudian melangkah menuju bangunan gereja yang megah dan memiliki dome. Sayangnya pada saat itu gereja sedang direhab jadi pemandangan agak terganggu dengan struktur besi yang ada di sekitarnya. Area bangunan gereja ini mengarahkan kami untuk menyusuri pecinan melalui jalan Ongpin. Sepanjang jalan berderet toko dengan aneka macam jualan. Lalu lintas di jalan ini sangat sesak, jadi jalan kaki adalah pilihan terbaik. Ujung jalan Ongpin ini mengarah ke perempatan yang ditengahnya berdiri bangunan Carriedo Fountain.

Di samping air mancur ini berdiri bangunan gereja Santa Cruz yang bercorak jaman Barok. Kami mencoba menengok bagian dalam gereja yang lumayan luas dan interiornya cukup modern. Selepas itu kami mencoba menyusuri jalan di depan gereja menuju jalan Rizal Avenue. Tujuan kami adalah jalan Carriedo yang terkenal dengan lapak-lapak jualan atau semacam pasar di pinggir jalan. Kami agak sedikit kebingungan. Untung ada seorang ibu-ibu yang dengan baik hati menunjukkan jalan karena kebetulan ia juga akan belanja. Ia mengingatkan kepada kami agar hati-hati dengan semua barang bawaan karena sering terjadi pencopetan di daerah itu. Ya, jalan Carriedo ini sangat ramai sekali, ribuan manusia berjejalan di lokasi jalan yang sempit karena tenda dan lapak penjual mengambil badan jalan. Di ujung jalan sebelum masuk ke Carriedo kami masuk ke toko dan membeli jas hujan karena pada saat itu hujan turun. Karena hujan pula maka jalanan carriedo kemudian tidak terlalu ramai. Banyak orang masuk ke toko.

Kami susuri jalan Carriedo dengan santai dan di penghujung yang lain kami temui Gereja Quiapo. Sebuah gereja yang sangat besar di penghujung pasar. Sore itu sedang ada ibadah dan jemaat di gereja itu banyak sekali. Hal yang paling menarik adalah, orang-orang yang ada di pasar banyak yang lari-lari untuk mengikuti peribadatan ini. Masing-masing dengan busana kerjanya dan bahkan masih ada yang membawa tas dan barang belanjaan. Intinya semua orang yang ingin beribadah dipersilakan. Banyak sekali orang di dalam gereja. Jadi karena itulah jalan Carriedo menjadi sepi selain sebab hujan. Tak begitu lama, juga karena hari mulai gelap kami kembali jalan menuju air mancur Carriedo tempat kami janjian dengan sopir. Hujan masih saja turun, dan ternyata banyak anak-anak yang mandi di air mancur. Sering kali mereka dihalau oleh penjaga keamanan namun mereka kembali lagi sambil tertawa-tawa. Senang sekali anak-anak itu mandi di air mancur pada saat hujan. Ketika tidak hujan, banyak orang yang tidur di sekitar air mancur ini. Tak lama kami duduk, sopir kami datang dan kami kembali ke hotel.



No comments:

Post a Comment

Hoi An: Kota Tua Penuh Lentera

Perjalanan saya dan istri ke Hoi An dimulai dari stasiun kereta api Hue pada 20 Juni 2024 menuju stasiun Da Nang dan dari Da Nang lanjut nai...