Saya dan seorang teman (bergambar dengan sopir tuk tuk) berkunjung ke Phnom Penh pada tanggal 11 dan 13-14 Januari 2014. Kami terbang dari dan ke Singapura menggunakan Tiger Air. Mendarat di bandara pada pukul 14.00. Kami langsung memesan Tuk-tuk dengan tujuan membeli tiket bus di Central Market, Tuol Sleng dan menuju penginapan The Bright Lotus Guesthouse. Tidak membutuhkan waktu lama, tuk-tuk mengantarkan kami di agen bus Sorya di depan Central Market. Kami memesan tiket Phnom Penh-Ho Chi Minh PP untuk tanggal 12-13. Pemesanan tiket tidak membutuhkan waktu lama karena tersedia beberapa loket yang disesuaikan dengan kelompok tujuan. Setelah itu kami langsung menuju Tuol Sleng bekas penjara jaman komunis Pol Pot di Kamboja karena terburu oleh waktu.
Dari Tuol Sleng kami langsung menuju ke penginapan yang ternyata letaknya berdekatan dengan National Museum dan Royal Palace. Kami istirahat sebentar dan sore harinya kami menghabiskan waktu di sekitar alun-alun Royal Palace dan duduk di pinggir sungai Tonle Sap yang bertemu dengan sungai Mekong. Banyak sekali orang berkumpul, bermain dan banyak pula pedagang di sekitaran Royal Palace dan pinggir sungai. Namun pada malam hari sekitar jam 20.00 semua sudah mulai sepi dan kedai-kedai di pinggir jalan tutup kecuali cafe-cafe. Malam itu saya langsung tidur karena esok hari harus pergi ke Ho Chi Minh (klik).
Sekembalinya dari Ho chi Minh pada tanggal 13 Januari, saya gunakan waktu untuk mengobservasi lingkungan sekitar Royal Palace dan National Museum. Saya tidak masuk ke Royal Palace melainkan melanjutkan jalan kaki menuju Independence Monument. Di tengah perjalanan sempat mampir di sekolah biksu dan Wat Botum Park. Dua taman ini sangat menarik. Di Wat Botum terdapat taman bermain, boulevard dan monumen berupa stupa emas untuk memperingati korban kerusuhan partai. Sementara itu di Independence Monument juga terdapat taman, boulevard dan patung Norodom Sihanouk. Di lokasi ini banyak orang berkunjung dan tersedia pula jogging track. Setelah merasa cukup saya dan teman melanjutkan jalan kaki untuk mengambil jalan lain sehingga mengitari Royal Palace dan sempat masuk untuk melihat-lihat sebentar National Museum yang pada malam itu diselenggarakan pementasan musik dan tari tradisional. Namun kami tidak melihatnya karena tiket yang lumayan mahal. Kami lanjutkan perjalanan menyusuri pinggiran sungai Tonle Sap sampai malam. Keesokan harinya sebelum ke bandara, kami sempatkan untuk ke Wat Phnom sebuah kuil Buddha yang dibangun pada tahun 1372. Taman di dalam kuil sangat asri dan tatanan komplek bangunannya sangat menarik. Selepas itu kami langsung menuju bandara menggunakan tuk-tuk.
Info: penukaran uang agak sulit di Phnom Penh, namun masyarakat menerima pembayaran dengan US dolar. Tentu saja membuat harga menjadi mahal dan sangat tergantung kurs. Suasana malam sedikit sepi kecuali di tempat khusus para pelancong. Banyak pedagang yang tidur di gerobaknya dan sopr tuk tuk tidur di kendaraannya. Tips: lebih baik keliling dengan menyewa tuk tuk seharian dibandingkan mengikuti tour dari hotel karena harganya terpaut lumayan jauh dan tuk tuk bisa ditawar. Tetaplah senyum dan menolak dengan halus tawaran para sopir tuk tuk di area yang banyak wisatawannya karena mereka terkadang sedikit agresif. Perjalanan jauh menggunakan bus disarankan dilakukan siang hari karena banyak cerita sopir dan kernet bus yang mabuk dalam perjalanan malam hari.
Di Tuol Sleng, kami disuguhi pemandangan yang cukup membuat bergidik. Sebuah kompleks bangunan dengan area cukup luas yang dulunya digunakan sebagai penjara dan menyiksa tahanan yang dianggap musuh oleh kaum komunis. Tahanan dibagi ke dalam beberapa jenis mulai dari yang dianggap biasa sampai paling berbahaya. Ruang dan jenis siksaan yang diterapkan pun berbeda-beda untuk setiap jenis tahanan. Model-model penyiksaan ditampilkan dalam bentuk replika dan gambar, namun ada beberapa alat penyiksaan yang masih ada dan bisa dilihat langsung, misalnya besi belenggu kaki. Di beberapa ruang dipampang foto-foto bekas tahanan yang pernah menghuni Tuol Sleng. Setelah selesai mengelilingi ruang-ruang bangunan itu kami keluar dan di dekat pintu keluar berdiri seseorang yang merupakan bekas tahanan komunis dan masih hidup. Ia memang mendapat tugas untuk menceritakan kejadian yang pernah dialami kepada para pengunjung. Sebuah cerita yang pedih tentunya.
Dari Tuol Sleng kami langsung menuju ke penginapan yang ternyata letaknya berdekatan dengan National Museum dan Royal Palace. Kami istirahat sebentar dan sore harinya kami menghabiskan waktu di sekitar alun-alun Royal Palace dan duduk di pinggir sungai Tonle Sap yang bertemu dengan sungai Mekong. Banyak sekali orang berkumpul, bermain dan banyak pula pedagang di sekitaran Royal Palace dan pinggir sungai. Namun pada malam hari sekitar jam 20.00 semua sudah mulai sepi dan kedai-kedai di pinggir jalan tutup kecuali cafe-cafe. Malam itu saya langsung tidur karena esok hari harus pergi ke Ho Chi Minh (klik).
Sekembalinya dari Ho chi Minh pada tanggal 13 Januari, saya gunakan waktu untuk mengobservasi lingkungan sekitar Royal Palace dan National Museum. Saya tidak masuk ke Royal Palace melainkan melanjutkan jalan kaki menuju Independence Monument. Di tengah perjalanan sempat mampir di sekolah biksu dan Wat Botum Park. Dua taman ini sangat menarik. Di Wat Botum terdapat taman bermain, boulevard dan monumen berupa stupa emas untuk memperingati korban kerusuhan partai. Sementara itu di Independence Monument juga terdapat taman, boulevard dan patung Norodom Sihanouk. Di lokasi ini banyak orang berkunjung dan tersedia pula jogging track. Setelah merasa cukup saya dan teman melanjutkan jalan kaki untuk mengambil jalan lain sehingga mengitari Royal Palace dan sempat masuk untuk melihat-lihat sebentar National Museum yang pada malam itu diselenggarakan pementasan musik dan tari tradisional. Namun kami tidak melihatnya karena tiket yang lumayan mahal. Kami lanjutkan perjalanan menyusuri pinggiran sungai Tonle Sap sampai malam. Keesokan harinya sebelum ke bandara, kami sempatkan untuk ke Wat Phnom sebuah kuil Buddha yang dibangun pada tahun 1372. Taman di dalam kuil sangat asri dan tatanan komplek bangunannya sangat menarik. Selepas itu kami langsung menuju bandara menggunakan tuk-tuk.
Info: penukaran uang agak sulit di Phnom Penh, namun masyarakat menerima pembayaran dengan US dolar. Tentu saja membuat harga menjadi mahal dan sangat tergantung kurs. Suasana malam sedikit sepi kecuali di tempat khusus para pelancong. Banyak pedagang yang tidur di gerobaknya dan sopr tuk tuk tidur di kendaraannya. Tips: lebih baik keliling dengan menyewa tuk tuk seharian dibandingkan mengikuti tour dari hotel karena harganya terpaut lumayan jauh dan tuk tuk bisa ditawar. Tetaplah senyum dan menolak dengan halus tawaran para sopir tuk tuk di area yang banyak wisatawannya karena mereka terkadang sedikit agresif. Perjalanan jauh menggunakan bus disarankan dilakukan siang hari karena banyak cerita sopir dan kernet bus yang mabuk dalam perjalanan malam hari.
No comments:
Post a Comment