20.6.24

Hoi An: Kota Tua Penuh Lentera

Perjalanan saya dan istri ke Hoi An dimulai dari stasiun kereta api Hue pada 20 Juni 2024 menuju stasiun Da Nang dan dari Da Nang lanjut naik mobil. Jadwal KA SE1 yang sedianya berangkat pukul 10.04 terlambat hingga pukul 11.00. Dan seperti waktu ke Hue, tempat duduk  kami menghadap  berlawanan arah dengan laju kereta. Kereta sampai Da Nang pukul 14.00 di mana supir yang sudah kami pesan  menunggu. Langsung saja kami menuju Hoi An dengan durasi perjalanan sekira 50 menit. Begitu masuk kota Hoi An, kami berhenti sebentar membeli banh mi untuk dimakan setiba di hotel. Kami menginap di Lisa Homestay 2 yang terletak pas di pinggiran kota tua Hoi An. Jadi, kami bisa langsung jalan kaki menuju lokasi wisata ikonik dan terkenal itu, Old Town Hoi An. Tapi karena capek, kami rehat dan rebahan di kamar. Sore menjelang petang barulah kami turun untuk jalan-jalan. Tepat di depan pintu homestay pada sore hari telah berjajar gerai kaki lima sepanjang jalan dari ujung sungai satu ke ujung sungai yang lain. Ya, homestay kami letaknya di semacam pulau di tengah sungai dan di pinggir jalan area pasar malam (Night Market). Pertama kami jalan ke ujung sungai paling dekat dengan hotel. Dari jalan ini kemudian lurus menuju ujung sungai berikutnya. Banyak gerai mulai dari makanan, pakaian, mainan, souvenir, sampai tukang pijat. Di penghujung lainnya adalah pusat kota tua di mana hampir semua pengunjung ada di area ini. Ramai sekali. Atraksi menarik di kota tua selain deretan cafe, warung, dan gerai kaki lima pada petang hari adalah lampion-lampion yang menghiasi jalan dan bangunan serta naik perahu dan melepaskan lampion di tengah sungai. 

Ribuan orang berada di area kota tua untuk menyusuri jalan, mengobservasi gedung-gedung dengan arsitektur lawas, belanja, makan-makan, dan tentu saja foto-foto. Kami mencoba naik perahu karena kebetulan di spot yang kami lewati tidak ada antrean. Sementara di spot lain antrean mengular. Harga tiket 150.000 Dong untuk 2 orang dan lampion air seharga 20.000 Dong per buah. Setelah mendapat tiket kami segera naik dan pendayung perahu di sini sangat mahir tidak hanya dalam mengendalikan perahu tetapi juga memotret dengan memilihkan spot dan merancang gaya yang menarik. Pengalaman naik perahu malam hari menjadi menarik karena setiap perahu berhiaskan lampion dengan pemandangan di kanan-kiri sungai yang berhiaskan lampion juga. Selain itu, jumlah perahu sangat banyak sehingga sungai penuh dengan lalu-lalang perahu berlampion. Hampir setiap perahu juga melepaskan lampion air membuat sungai di gelap hari penuh titik-titik cahaya. Selepas perahu, kami berdua terus berjalan menyusuri kota tua, menikmati suasana keramaian, membeli makanan dan minuman yang dijajakan warung di pinggir jalan dan memotret di sana-sini. Banyak sekali pemandangan menarik kota tua Hoi An di malam hari. Mungkin ketika siang juga tidak kalah menariknya, dan ini akan kami coba keesokan hari, karena kami cukup lelah dan harus istirahat.

18.6.24

Hue: Ibu Kota Kerajaan Penuh Sejarah

Perjalanan ke Hue, tanggal 18 Juni 2024, kami mulai dari stasiun kereta api Da Nang menggunakan KA SE4 dengan jadwal keberangkatan pukul 12.57. Ternyata kereta api mengalami keterlambatan dan baru datang pukul 13.05. Sambil menunggu, saya dan istri sempat berbelanja bekal perjalanan dan salah satunya adalah makanan seperti otak-otak yang enak sekali. Ketika kereta akhirnya berangkat, kami mendapati tempat duduk kami berlawanan dengan arah laju kereta. Jadinya pemandangan sepanjang jalan yang sangat menarik antara bukit, hutan, dan pantai kami saksikan secara mundur, menarik tapi agak bikin pusing. Sekira pukul 16.00 kereta baru sampai di Stasiun Hue, kami turun dan saya langsung membeli bun bo Hue (sup mi beras khas Hue), sementara istri saya hanya pesan minuman saja. Selesai makan, kami mendapat tawaran taksi yang lumayan murah dan luxurius menggunakan kendaraan Vinfast yang cukup canggih. Tidak berapa lama kami sampai di Homestay Lala Citadel tempat kami menginap. Namun, terpaksa harus menunggu staf homestay yang masih bepergian (mungki belanja) untuk mendapatkan kamar. Begitu staf datang, kami dapat kamar, melakukan pembayaran, dan sekaligus sewa motor untuk 2 hari dengan harga 130.000 Dong per hari. Homestay ini kecil tapi cukup menyenangkan dan terletak di dalam benteng kota lama Hue. Pada masa Dinasti Nguyen tahun 1802-1945, Hue menjadi ibukota Vietnam yang bersifat kerajaan. Sampai saat ini kompleks kerajaan itu masih berdiri dan menjadi objek wisata utama. Jadi, para wisatawan penggemar sejarah kerajaan akan senang berada di Hue.

Selepas rehat menghilangkan penat perjalanan, langsung kami tancap gas mencoba mengelilingi benteng dari luar. Kami berhenti sebentar di pinggir Sungai Parfum untuk menyaksikan aktivitas warga lokal berolah raga sambil memikirkan rencana mau ke mana. Tidak lama kami memutuskan untuk menuju ke Hue Night Walking Street. Ekspektasi kami akan seperti jalanan di Bui Vien Ho Chi Minh atau Beer Street di Hanoi, rupanya tidak dengan malam itu. Memang banyak kafe berjejer tetapi tidak banyak orang berlalu-lalang. Sepertinya hanya warga asing saja yang berkunjung. Kami salah waktu untuk datang barangkali. Karena itu, motor kami terus laju sembari menandai warung makan yang ramai pengunjung (mungkin bisa didatangi esok hari). Di tengah perjalanan, istri saya malah kepengin masuk ke pulau kecil (islet) yang ada di tengah sungai yang disebut sebagai Hen Dune. Hanya ada 1 jembatan kecil menuju ke lokasi ini dan kami ikuti saja jalannya. Ketika sudah sampai ujung dan mesti berbelok menuju ruas jalan satunya untuk keluar pulau, kami melihat warung makan yang ramai sekali pengunjungnya dan hampir semuanya warga lokal. Alhasil kami berhenti, melihat menu, dan memesannya. Pada malam ini, kami memesan com hen tanpa nasi, banh loc, dan banh beo, semua olahah rumahan. Ramai pengunjung menjadi penanda bahwa memang masakan yang disaijkan enak dan harga terjangkau. Setelah merasa cukup, berikutnya kami berencana melanjutkan perjalanan ke arah homestay.

14.6.24

Da Nang: Pantai, Bukit, dan Lanskap Kota

Perjalanan libur cuti saya dan istri kali ini bermula dari rumah yang letaknya cukup jauh dari stasiun Yogyakarta. Ditambah, kami masing-masing masih memiliki kesibukan hingga sampai agak malam.  Jadinya, kita menginap semalam di hostel dekat stasiun pada tanggal 14 Juni 2024 untuk keberangkatan tanggal 15 Juni 2024. Rute yang akan ditempuh adalah; Yogya - Kuala Lumpur - Da Nang - Hue - Hoi An - Da Nang - Kuala Lumpur - Yogya. Jadwal kereta menuju bandara YIA adalah pukul 07.47 WIB. Ada sedikit kendala waktu di stasiun karena aplikasi KAI tiba-tiba trouble sehingga pilihan riwayat perjalanan dan kereta bandara hilang. Untung istri saya sudah sempat melakukan tangkap layar boarding pass-nya. Karena kendala ini akhirnya semua penumpang tidak perlu tap tiket, hanya cukup menunjukkan tanda pembelian. Sesampai di YIA, selepas check dokumen perjalanan, kami sarapan dan menunggu penerbangan Airasia ke Kuala Lumpur, pukul 11.45 WIB. Sekira 2 jam 30 menit, pesawat mendarat di bandara KLIA2. Tak lama setelah melewati imigrasi kami menuju food court dan memesan sup (catatan: periksa imigrasi tidak terlalu mengular karena setiap penumpang diharuskan telah mengisi kartu kedatangan MDAC secara onine). Selesai mengisi perut, lanjut check in di Tune Hotel. Kami menginap semalam untuk transit penerbangan keesokan harinya.

Pagi hari, 16 Juni 2024, bangun pagi jam 06.00, bersiap-siap dan sampai di terminal keberangkatan pada sekira pukul 07.00. Lepas urusan imigrasi, sarapan sebentar, masuk ruang tunggu, dan akhirnya pesawat menuju Da Nang diberangkatkan tepat pada pukul 09.00. Mendarat 25 menit lebih awal dari jadwal, mengurus imigrasi, menukar uang, pesen grab (ternyata bajakan, hahahha... tapi murah juga) dan langsung menuju ke hotel Sea Queen. Kami berencana menyewa sepeda motor dan ternyata hotel menyediakan dengan harga 160.000 Dong per hari. Jadinya, kita sewa motor duluan karena datang kepagian dan belum bisa check in. Agenda mendadak langsung dilaksanakan yaitu menyusuri pantai dengan bermotor. Sebentar berhenti dan menikmati keindahan pantai My Khe, membeli minuman, terus lanjut menuju Linh Ung Pagoda. Sebuah tempat peribadatan di atas bukit, menjorok ke pantai, dan di dalamnya selain ada taman, kuil, terdapat patung Lady Buddha raksasa. Lumayan banyak wisatawan berkunjung meskipun terik matahari menyengat sangat. Tak lama mulailah perut meminta jatah, kami kembali ke hotel dan dalam perjalanan singgah sebentar untuk makan roti isi, es kopi, dan es kelapa di warung tenda pinggir pantai.

29.12.23

Tegal, Semarang, Solo, dan Tahun Baru

 

Liburan akhir tahun 2023, kami lalui dengan melakukan perjalanan kereta api dari Jogja menuju Tegal lanjut Semarang terus ke Solo dan kembali ke Jogja lagi. Perjalanan kami mulai dari tanggal 29 Desember sampai dengan 1 Januari 2024. Dari Jogja, saya, istri, dan dua keponakan naik kereta Joglosemarkerto menuju Tegal. Kereta berangkat pukul 07.10 pagi. Perjalanan lancar dan penumpang kereta tidak cukup berjubel. Tidak lama kereta berjalan kami mulai pesan sarapan. Kurang lebih, lamanya perjalanan adalah 5 jam dan tidak banyak yang kami lakukan di kereta selain ngobrol, main game, dan tidur. Sesampai di Stasiun Tegal, kami langsung memesan taksi online menuju Hotel Khas tempat kami menginap. Sesampai di hotel, kami hanya bisa registrasi karena waktu check in masih 2 jam. Selama waktu tunggu itu, kami memutuskan pergi ke Pacific Mall, selain ngadem juga mencari makan siang.

Setelah waktu cukup kami kembali ke hotel, mendapatkan kamar, istirahat sebentar, dan lanjut untuk renang. Kolam tidak begitu luas, tetapi sore itu hanya kami berempat yang berenang sehingga serasa seperti kolam renang keluarga. Tak begitu lama, kami kembali rehat. Pada jam 6 petang kami menuju warung Kepala Kambing Bakar Bu Darti yang legend itu.  Sayang keponakan saya tidak begitu suka, namun mereka mencoba mencicipinya juga. Kepala kambing bakar yang disajikan di hot plate memang rasanya khas, ditambah sambal kecap yang dibuat dadakan menjadi klop. Dari warung ini kemudian kami jalan kaki di sekitaran Alun-alun Kota Tegal yang malam itu menggelar pasar malam. Riuh suasana, banyak pedagang, pengunjung, pengamen, dan orang-orang yang mungkin sekedar mencari hiburan. Di sini kita bisa sewa sepeda listrik, otoped, dan juga berkeliling naik kendaraan berlampu hias dengan harga antara 40-50 ribu Rupiah. Kami malam itu mencoba berkeliling dengan kendaraan hias tersebut dan bernyanyi-nyanyi lagu anak-anak sesuai karaoke yang diatur oleh pengemudi. Setelah merasa cukup, kami kembali ke hotel untuk rehat.

26.11.23

Workshop Wayang dan Selintas Wisata di Singapura

Singapura senantiasa membangun. Banyak gedung beralih peruntukan atau gedung lama diruntuhkan diganti gedung baru. Ketika 8-12 November 2023 ada undangan workshop dan pentas di seputaran Joo Chiat dan Tampines, saya merasakan hal ini. Di daerah Geylang, area Kampung Melayu diubah menjadi Wisma Geylang Serai. Di Tampines terdapat Our Tampines Hub (OTH), yang dididirkan sekitaran 5 tahun lalu. Bahkan ketika ke Terminal 2 Changi giant screen yang menggambarkan air terjun menjadi hiburan tersendiri bagi penumpang atau pengantar. Sebagai negara kota yang tidak luas, Singapura selalu berbenah diri. 

Hari pertama kedatangan, saya bersama rombongan diantar tim dari Sri Warisan menuju ke Wisma Geylang Serai. Sebuah gedung dan sekaligus kawasan untuk aktivitas masyarakat. Terdapat beberapa kantor seni, ruang pertunjukan umum, dan cafe serta resto di lokasi ini. Saya pernah mengobservasi daerah ini beberapa tahun sebelumnya tetapi kondisi kini sudah jauh berbeda. Stasiun MRT Paya Lebar sudah dikembangkan menjadi kompleks mall, dan banyak bangunan beralih fungsi di Joo Chiat serta hotel berganti nama. Meskipun tetap ada yang masih bertahan, namun area di seputaran telah berubah. 

Berikutnya, ketika workshop di Tampines, seputaran stasiun MRT juga sudah banyak berubah. Tempat workshop yang di OTH, merupakan sebuah bangunan besar kompleks olah raga, perbelanjaan, dan studio seni. Di lokasi inilah kegiatan workshop dan pentas dilaksanakan mulai tanggal 10 sampai 11 November. Praktis, waktu observasi hanya tersedia sehari di tanggal 9. Tidak banyak lokasi yang kami kunjungi, seperti: Little India, China Town, Bugis Street, Jewel, dan Marina Bay. Selepas pandemi covid, lokasi-lokasi turis sudah mulai berangsur normal. Gerai-gerai jualan juga sudah mulai menggeliat meskipun banyak gerai baru juga. Namun sayang waktu kami berkunjung, patung Merlion sedang dalam pemeliharaan sehingga ditutupi kain hitam. Singapura sepertinya akan selalu berubah, tidak hanya untuk mempercantik diri tetapi juga untuk kepentingan bisnis, wisata, dan keberlanjutan hidupnya (**).

28.6.23

Hiruk-pikuk Kota Tua Hanoi dan Selintas Alam di Ninh Binh


Vietnam merupakan salah satu negara wisata yang banyak dikunjungi. Selain karena kondisi harga barang dan jasa yang sangat murah, Vietnam juga memiliki variasi destinasi yang menyenangkan. Para pelancong bisa memilih perkotaan, pegunungan, pantai, sungai, dan bangunan khas serta aneka kuliner yang melimpah. Kali ini saya dan istri backpackeran menuju ke Hanoi dan Ninhbinh. Perjalanan kami mulai dari Yogyakarta International Airport menuju KLIA2 pada tanggal 28 Juni 2023. Pesawat delay 2 jam sehingga sampai di Kuala Lumpur cukup malam, jam 23.00 waktu setempat. Setelah mengurus imigrasi, mencari makan dan minum, sekira jam 1 malam kami mencoba tidur di lantai 3A bandara KLIA2 tempat yang biasa digunakan para backpacker istirahat. Kami tidak bisa tidur sepenuhnya karena waktu tunggu tidak terlalu lama, namun cukup bisa melepas lelah dengan berbaring di lantai berkarpet. Paginya, sekira jam 3.30 kami menuju gate penerbangan dengan kembali melewati imgrasi. Jadwal pesawat kami jam 06.10 pagi dan sampai di Hanoi pukul 08.30. 

Kami lebih banyak tidur di pesawat, dan sesampai di Noi Bai Airport, selepas mengurus imigrasi, kami tukar uang dan memesan taksi. Tujuan kami adalah kantor The Sinh Tourist di Old Quarter (kota lama) untuk melunasi paket ke Ninhbinh yang uang mukanya sudah kami bayar secara online sebelumnya. Tidak lama kemudian kami kulineran, berjalan kaki, sebelum ke Golden Time Hostel 3 tempat kami menginap. Pertama yang kami coba adalah makanan kaki lima Banh Cuon, makanan yang terbuat dari tepung beras yang dimakan dengan kuah dan sayuran. Setelah itu kembali berjalan kaki, mampir di warung Banh Mi (roti isi) di Bami Bread Hoi An, lalu lanjut menjajal Springrolls (lumpia goreng) di Mau Restaurant. Semua makanan enak dan memiliki rasa unik. Sekira jam 12 siang kami melangkah ke hostel yang tak terlalu jauh, check in dan langsung tidur karena kurang tidur dan lelah apalagi kamar kami ada di lantai 3 dan harus naik tangga. Setelah istirahat cukup kami rencana jalan-jalan di sekitaran Old Quarter.

26.5.23

Labuan Bajo, Ende, dan Kupang

Pada tanggal 21 Mei 2023 saya berangkat ke Ende, NTT untuk sebuah workshop kesenian. Dari Jogja saya berangkat tgl 20 Mei menggunakan kereta api Ranggajati jam 11.15 pagi dan sampai Surabaya jam 15.57. Begitu sampai saya langsung kulineran menuju ke Spesial Belut Surabaya yang ada di Kedungdoro dan lanjut ke warung bakso yang cukup viral di Patemon Kali. Sejenak melepas penat setelah perut full saya menuju ke My Studio Hotel di dekat bandara Juanda. Segera saja saya tidur karena pesawat menuju Ende take off keesokan hari pada pukul 07.00 melalui Labuan Bajo. Pesawat Lion Air mendarat di Labuan Bajo pukul 09.30 sementara penerbangan ke Ende pada pukul 13.20, jadi ada spare waktu 4 jam kurang 10 menit. Kesempatan ini saya gunakan untuk sekilas melihat keindahan Labuan Bajo bersama  3 orang teman yang berangkat bersama dari Juanda.

Dari bandara kami sewa taksi menuju Kampung Ujung, sesuai arahan dari seorang teman. Hanya sekitar 5 menit perjalanan sudah sampai dan langsung dihadapkan pada pemandangan laut nan elok. Di sini kita makan siang di gerai yang berjajar di sekitar pelabuhan Marina, lalu lanjut observasi area sekitar. Pemandangan laut biru, pulau-pulau di kejauhan serta kapal-kapal yang bersandar maupun boat yang lalu-lalang benar-benar mengasyikkan. Tidak banyak yang kami lakukan selain duduk-duduk menikmati suasana dan pemandangan serta mengambil beberapa gambar. Setelah cukup puas kami kembali menghubungi sopir taksi untuk mengantar ke spot menarik lain sembari menuju bandara.

Hoi An: Kota Tua Penuh Lentera

Perjalanan saya dan istri ke Hoi An dimulai dari stasiun kereta api Hue pada 20 Juni 2024 menuju stasiun Da Nang dan dari Da Nang lanjut nai...