14.6.24

Da Nang: Pantai, Bukit, dan Lanskap Kota

Perjalanan libur cuti saya dan istri kali ini bermula dari rumah yang letaknya cukup jauh dari stasiun Yogyakarta. Ditambah, kami masing-masing masih memiliki kesibukan hingga sampai agak malam.  Jadinya, kita menginap semalam di hostel dekat stasiun pada tanggal 14 Juni 2024 untuk keberangkatan tanggal 15 Juni 2024. Rute yang akan ditempuh adalah; Yogya - Kuala Lumpur - Da Nang - Hue - Hoi An - Da Nang - Kuala Lumpur - Yogya. Jadwal kereta menuju bandara YIA adalah pukul 07.47 WIB. Ada sedikit kendala waktu di stasiun karena aplikasi KAI tiba-tiba trouble sehingga pilihan riwayat perjalanan dan kereta bandara hilang. Untung istri saya sudah sempat melakukan tangkap layar boarding pass-nya. Karena kendala ini akhirnya semua penumpang tidak perlu tap tiket, hanya cukup menunjukkan tanda pembelian. Sesampai di YIA, selepas check dokumen perjalanan, kami sarapan dan menunggu penerbangan Airasia ke Kuala Lumpur, pukul 11.45 WIB. Sekira 2 jam 30 menit, pesawat mendarat di bandara KLIA2. Tak lama setelah melewati imigrasi kami menuju food court dan memesan sup (catatan: periksa imigrasi tidak terlalu mengular karena setiap penumpang diharuskan telah mengisi kartu kedatangan MDAC secara onine). Selesai mengisi perut, lanjut check in di Tune Hotel. Kami menginap semalam untuk transit penerbangan keesokan harinya.

Pagi hari, 16 Juni 2024, bangun pagi jam 06.00, bersiap-siap dan sampai di terminal keberangkatan pada sekira pukul 07.00. Lepas urusan imigrasi, sarapan sebentar, masuk ruang tunggu, dan akhirnya pesawat menuju Da Nang diberangkatkan tepat pada pukul 09.00. Mendarat 25 menit lebih awal dari jadwal, mengurus imigrasi, menukar uang, pesen grab (ternyata bajakan, hahahha... tapi murah juga) dan langsung menuju ke hotel Sea Queen. Kami berencana menyewa sepeda motor dan ternyata hotel menyediakan dengan harga 160.000 Dong per hari. Jadinya, kita sewa motor duluan karena datang kepagian dan belum bisa check in. Agenda mendadak langsung dilaksanakan yaitu menyusuri pantai dengan bermotor. Sebentar berhenti dan menikmati keindahan pantai My Khe, membeli minuman, terus lanjut menuju Linh Ung Pagoda. Sebuah tempat peribadatan di atas bukit, menjorok ke pantai, dan di dalamnya selain ada taman, kuil, terdapat patung Lady Buddha raksasa. Lumayan banyak wisatawan berkunjung meskipun terik matahari menyengat sangat. Tak lama mulailah perut meminta jatah, kami kembali ke hotel dan dalam perjalanan singgah sebentar untuk makan roti isi, es kopi, dan es kelapa di warung tenda pinggir pantai.

Sore hari, setelah rehat sejenak, kami mencoba mencari kedai Pho 75 yang lumayan terkenal. Jalan melewati Dragon Bridge, jembatan yang ikonik. Lalu menyusuri pinggir sungai Han. Ternyata begitu sampai, kedai belum buka. Karena niatnya membeli pho, maka kami mencari tempat lain dan begitu melihat ada warung tenda menjual pho, kami berhenti. Rasa pho di warung tenda yang terletak di Jalan Tran Binh Trong ternyata enak sekali dan hagranya jelas lebih murah. Berikutnya, kami hendak kembali menyusuri jalan pinggir sungai Han ke arah lain. Namun ternyata jalan ditutup dan digunakan untuk pejalan kaki ketika petang menjelang. Akhirnya kami balik arah, membeli bensin, dan menuju ke pasar malam Son Tra. Di sini kami mencoba bebakaran, berjalan keliling pasar, membeli celana santai murahan, lalu hendak lanjut kembali ke hotel. Karena tertarik pemandangan sungai di malam hari, kami berhenti sebentar di Cau Tinh Yeu, sebuah dermaga kecil yang bisa digunakan untuk menyaksikan bentuk Dragon Bridge dengan sangat jelas. Ada cafe bernama Marina dan patung Naga di salah satu ujungnya. Dermaga ini sangat ramai di malam hari. Banyak wisatawan berfoto. Sepanjang jalan D. Tran Hung Dao yang terletak di pinggir sungai banyak berjajajar cafe dan semuanya pada saat itu ramai. Bulan Juni merupakan bulan wisata bagi penduduk lokal Vitenam rupanya. Suasana yang ramai membuat kami sedikit betah mengobservasi orang-orang yang lalu lalang sambil menikmati kopi di cafe Marina. Setelah merasa cukup, kami membeli air minum dan snack dan kembali ke hotel.

Keesokan harinya , (17/06/24) kami bangun agak terlambat. Sarapan di hotel, rehat lagi di kamar, mandi dan lanjut perjalanan mencari warung banh xeo. Berdasarkan map, kami menuju ke kedai Lang Toi. Di sini kami mencoba nem lui, banh nam, banh loc, dan banh khoai. Semua makanan di kedai ini enak dan harganya murah. Selepas itu kami menuju Marble Mountain, tempat wisata wajib di Da Nang. Di gunung berbatu pualam ini, terdapat kuil, pagoda, patung, dan gua-gua. Untuk menuju ke atas ada dua pilihan, yaitu naik tangga dengan jalan kaki atau menggunakan lift. Sesampai di atas, wisatawan boleh memilih hendak menuju kemana dan sudah ada peta jalan yang disediakan. Gua-gua yang terdapat di punggung gunung berukuran cukup besar dan di dalam ruang-ruangnya diletakkan patung-patung Buddha. Kami mencoba masuk di gua Hoa Nghiem dan Huyen Khong. Dua gua ini tertata sangat artistik dengan pendaran lampu yang membuat terlihat gagah patung yang ada di dalamnya. Selain gua kami berhenti menikmati pemandangan pantai dari atas gunung di spot gardu pandang. Namun, mengingat waktu yang sudah siang kami tidak menjelajahi semua lokasi yang ada. Setelah merasa cukup kami turun dan langsung tancap gas menuju pasar Han di tengah kota. Pasar ini sangat ramai karena orang-orang bisa belanja berbagai macam seperti oleh-oleh makanan, mainan, souvenir, baju, dan beberapa cindera mata lain. Karena merasa lapar, maka kami makan di sini, saya pesan nasi campur dan istri saya pesan bun cha. 

Dari pasar, perjalanan kami lanjutkan ke Da Nang Cathedral atau yang dikenal dengan gereja merah muda. Lumayan banyak pengunjung di gereja ini dan kami singgah sebentar untuk mengambil gambar arsitektur luar yang tampak megah. Dari gereja perjalanan kami lanjutkan ke Thien Phuc Sport, sebuah klub dan toko peralatan olah raga tenis meja untuk sekedar melihat koleksi blade dan rubber yang mereka miliki. Dari lokasi ini lanjut ke stasiun kereta api Da Nang sekedar untuk observasi lokasi karena besok kami harus naik kereta api ke Hue. Dari stasiun, kami mencoba menyusuri sepanjang pantai dari sisi sebelah utara, melewati pantai Thanh Khe dan berhenti di pasar ikan lokal dadakan di Thanh Khe. Di sini pembeli langsung bisa berbelanja ikan segar dari nelayan yang merapat ke pantai. Setelah cukup puas mengambil gambar aktivitas pasar dadakan ini, kami berniat kembali ke hotel, namun di tengah perjalanan kami berhenti di pelabuhan Quang tempat kapal-kapal nelayan berlabuh. Dari sini kami malah kembali ke seputaran jembatan Naga dan mampir membeli minuman di cafe Phuc Long. Tidak lama kemudian, perjalanan berlanjut menuju hotel, rehat sebentar lalu renang. Sore menjelang malam, selepas renang, kami mencari makan malam di seputaran hotel, berjalan kaki. Kedai yang kami tuju sudah tutup dan akhirnya kami mencari kedai lain serta memesan sup mie dan spring roll. Seolah belum puas, kami membeli ro isi (banh mi) di pinggir jalan dan lanjut membeli tiramisu dan kopi ice cream di kedai milik orang Italia. Malam mulai menjelang, kami kembali ke hotel dan segera rehat. Pagi hari (18/06/24) setelah bangun tidur kami langsung menuju kedai Mi Quang Dung (sup mie gepeng) yang cukup terkenal di seputaran hotel. Kami sarapan mi sapi dan mi ikan. Porsinya lumayan besar (padahal itu ukuran terkecil yang ditawarkan), rasanya enak, dan harganya murah sekali. Berikutnya kami kembali ke hotel, bersantai dan mempersiapkan diri untuk pergi ke stasiun menuju Hue. (**)

Catatan: cuaca Da Nang sangat panas di bulan Juni. Terik matahari sangat menyengat. Pilihan utama wisata adalah pantai yang banyak bertebaran dan hampir semuanya bagus di sepanjang pinggir jalan Vo Nguyen. Pilihan makanan di area ini sebagain besar adalah seafood. Selain itu adalah wisata pinggir sungai yang membelah kota di mana sudah mulai ditata dengan baik untuk pejalan kaki, kuliner dan wisata foto. Banyak spot menarik di pinggir sungai dan ada juga pasar malam di dekat jembatan naga. Untuk transportasi terbaik adalah sewa motor. Terdapat banyak penyedia jasanya termasuk di hotel. Tetapi perlu dipahami aturan sewa menyewa; ada yang mesti deposit sejumlah uang, ada yang harus titip paspor, dan ada yang cukup dengan foto identitas. Berkendara di Vietnam butuh penyesuaian. Selain menggunakan lajur kanan juga banyak pemotor lokal yang ngebut, sering tidak mengindahkan lampu merah, dan tidak mau mengalah. Oleh karena itu sangat biasa sekali terdengar bunyi klakson meraung di jalanan. Tapi justru itu bagusnya, dengan adanya bunyi klakson, maka kita tahu ada kendaraan lain baik yang mau belok, melaju atau minta kita minggir. 

No comments:

Post a Comment

Hoi An: Kota Tua Penuh Lentera

Perjalanan saya dan istri ke Hoi An dimulai dari stasiun kereta api Hue pada 20 Juni 2024 menuju stasiun Da Nang dan dari Da Nang lanjut nai...